ANALISIS USAHA BUDIDAYA NILAM DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI
DESA WAPUALE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN
MUNA
Oleh
Hasbullah

ABSTRACT
This
study aims to describe what factors influence the development of patchouli
business in Parigi District, Muna Regency? Research analysis using qualitative
descriptive. Based on the results of data analysis and discussion, it can be
concluded that 1) Factors affecting patchouli development efforts in the
village of Wapuale include the area of patchouli farming land, capital, human
resources or labor used in the development of patchouli, the skills of farmers
in the development of patchouli business and marketing factors. 2) Patchouli
development efforts in Wapuale village have an impact on increasing the income
of farmers in Wapaule village. However, the level of income depends on the
selling price of patchouli processing in Wapuale village with a high income
level if the selling price level of patchouli development results increases
whereas the level of income is low if the selling price value of the patchouli
development effort decreases.
Keywords: Patchouli Development, Income, Community
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha nilam di Kecamatan
Parigi Kabupaten Muna?,Bagaimana usaha budidaya nilam dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat Kecamatan Parigi
Kabupaten Muna?. Analisis penelitian menggunakan deskripstif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan
bahwa 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi
usaha pengembangan nilam di desa Wapuale adalah mencakup luas lahan pertanian
tempat pengembangan nilam, faktor modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja
yang digunakan dalam usaha pengembangan nilam,
keterampilan petani dalam pengembangan usaha nilam serta faktor
pemasaran. 2) Usaha pengembangan nilam di desa Wapuale berdampak pada
peningkatan pendapatan petani di desa Wapaule. Namun demikian tingkat
pendapatan bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam di desa
Wapuale dengan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual
hasil pengembangan nilam mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan
rendah apabila nilai harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami
penurunan.
Kata
Kunci: Pengembangan
nilam, Pendapatan , Masyarakat
Pendahuluan
Komoditas
nilam (Pogostemon cablin) merupakan
tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dengan nilai ekonomi di pasaran
intenasional sangat baik.Misalnya di Amerika dan Eropa harga minyak nilam
mencapai USD ($) 50/kg, berarti sekitar 666,750 rupiah/kg (Haryudin 2002). Disi lain komoditas nilam menunjukkan bahwa tanaman nilam memiliki
prospek yang cerah dengan semakin bertambahnya jumlah negara pengimpor minyak
nilam. Menurut data ITC (International
Trade Centre), negara pengimpor minyak atsiri terbesar berturut-turut
adalah Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jepang, dan Jerman Barat (Yudharta,
2014).
Nilam
(Pogostemon cablin Benth) merupakan
salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Dalam dunia perdagangan
internasional, komoditas minyak nilam sering disebut patchouli oil. Sebagai tanaman perkebunan, nilam memiliki prospek
ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri
lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara pengimpor minyak atsiri
semakin bertambah antara lain Islandia, Irlandia, Hongkong, Norwegia, Portugal,
Finlandia, Australia, Austria, Kanada, Denmark, Italia, Singapura,dan lain-lain. Negara pengimpor mayoritas bekerja di bidang
perindustrian, negara pengimpor memanfaatkan minyak atsiri sebagai bahan baku.
Potensi ini menjadikan negara Indonesia ikut dalam pengembangan dan budidaya
tanaman nilam sebagai tanaman penghasil minyak astri. (Taufiq A., 2007).
Keunggulan
minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang
menjadi konsumen (importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan lebih tahan
lama bila dibandingkan dengan minyak nilam produksi negara lain. Hal ini menyebabkan minyak nilam Indonesia
disegani di pasaran Internasional. (Lutony dan Rahmayati,2002), namun demikian dalam
perkembanganya volume produktifitas nilam ini mengalami penurunan. Merosotnya
volume minyak nilam dan perananya, disebabkan oleh kurang intensifnya petani
produsen terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil, dan sebagainya. Alasan
tersebut di dukung oleh suatu kenyataan, bahwa perkembangan luas tanaman nilam
diliputi suasana ketidakpastian, dan tidak pernah meunjukkan trend kenaikan.
Ketidakpastian pembudidayaan nilam itu jelas berpengaruh terhadap produksi
minyak nilam yang dihasilkan. (Santoso dan F. Nursadi 2004).
Kerangka
pemikiran di atas mempertegas bahwa pengembangan budidaya nilam dipengaruhi
oleh potensi pasar yang sangat
berpengaruh dan dapat menarik perhatian
masyarakat petani dalam hal menentukan komoditas tanaman yang harus
ditanam, namun selain itu, potensi
pengembangan komoditas nilam ini juga harus mampu menunjang tercapainya
peningkatan produksi dan pendapatan petani. Oleh karenanya dibutuhkan
sinergitas antara potensi pasar dan prospek pengembangan nilam agar mampu
menjadi penopang peningkatan pendapatan petani.
Provinsi
Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Muna tepatnya di Kecamatan Parigi Desa
Wapuale merupakan salah satu wilayah
yang masyarakatnya berusaha melalakukan pengembangan budidaya nilam dimana fokus mengembangkan nilam melalui
pengembangan agribisnis. Budidaya tanaman nilam di Kabupaten Muna telah lama
diusahakan. Namun demikian, animo masyarakat terhadap budidaya tanaman nilam
sangat dipengaruhi oleh tingkat harga nilam di pasaran lokal sehingga tingkat
produtvitas masyarakat petani sekitar 20 petani dalam pembudidaya nilam di
Kecamatan Parigi masih tergolong rendah hanya berkisar antara 200 sampai 400 kg
perbulanya dari hasil pembudidayaan nilam.
Aspek
pemasaran juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi petani nilam yang
hanya mengandalkan distributor pembeli
lokal sehingga harga yang didapatkan petani tergolong sangat rendah dari harga
pada umumnya. Disisi lain dari segi tingkat kesejahtraan dan pendapatn pada
masyarakat petani pembudidaya nilam di Kecamatan Parigi juga belum terlalu
baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat yang tidak
menentu tergantung dari harga nilam yang fluktuatif di pasar lokal sehingga
pendapatan masyarakat rata-rata tiap sekali panen hanya berkisar antara Rp
3000.000 hingga Rp 5000.000 setiap panen. (observasi awal tanggal 15 Mei 2019).
Berdasarkan
uraian di atas maka perlu melakukan analisis
usaha budidaya nilam dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat petani
nilam melalui penelitian yang bersifat empiris dan ilmiah melalui penelitian
lanjutan dengan judul “Analisis Usaha
Budi Daya Dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Parigi dan Kabupaten Muna.
KAJIAN TEORI
1. Konsep
Pembudiaya Nilam
Menurut
(Sudaryani, 1998), dalam buku “Budidaya dan penyulingan nilam”, menyatakan
bahwa cara yang di tmpuh dalam pembudidayaan nilam di perlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pembibitan
b. Persiapan lahan
c. Penanaman
d. Pemetikan atau panen
Berdasarkan
uraian diatas maka langkah-langkah dalam pembudidayaan nilam terbagi atas 4
tahapan yaitu tahap pembibitan, persipan lahan berupa pembersihan lahan yang
siap tanam, penanaman tanaman nilam dan pemetikan atau panen hasil nilam yang
dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale.
Konsep Pendapatan
Menurut ahli ekonomi
klasik yang dikutip Theodorus, (2011) pendapatan ditentukan oleh kemampuan
faktor-faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar
kemampuan faktor–faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin besar
pula pendapatan yang diciptakan. Dalam
Kamus Ekonomi, pendapatan (income)
adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah,
sewa, bunga, laba dalain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran,
uang pensiun dan lain sebagainya.
Menurut Reksoprayitno
(2004) Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai
banyaknya penerimaan yang dinilai dengan
satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam
periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan:
“Pendapatan (revenue) dapat
diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada
periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor
produksi yang telah disumbangkan.
Sedangkan menurut Soekartawati,
(2003) Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu
atau kelompok rumah angga dalam satu
bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah pendapatan tambahan yang merupakan
penerimaaan lain dari luar aktifitas
pokok atau pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsung
dapat digunakan untuk menunjang atau
menambah pendapatan pokok. Adapun
rumus tentang pendapatan kotor dapat dihitung dengan menggunakan rumus
TR = Y. P
Keterangan :
TR : total revenue
(pendapatan kotor total)
Y : jumlah produksi
Py : harga per satuan
produk
Sedangkan pendapatan bersih (income) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
I = TR – TC (eksplisit)
Keterangan :
I : pendapatan bersih
TR : pendapatan kotor
TC : biaya
total
Soekartawi lebih lanjut menjelaskan
pendapatan akan mempengaruhi banyaknya
barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya
pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga
kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya
penambahan pendapatan beras yang
dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi
beras menjadi kualitas yang lebih baik Soekartawati, (2011).
Dengan demikian dalam menghitung total penerimaan usahatani
perlu dipisahkan: analisis parsial usaha tani, dan analisis keseluruhan usaha
tani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya
tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti
adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis
parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis
keseluruhan usahatani (wholefarm analysis)
Soekartawi, (2003).
METODE PENELITIAN
1.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan November sampai Desember 2019. Adapun lokasi penelitian yang dipilih
adalah Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.
2.
Subyek
Penelitian
Responden penelitian dalam penelitian ini adalah
sebanyak 10 orang petani nilam yang dilakukan dengan cara penunjukan langsung
atau proposive sampling. Sedangkan
Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci seperti kepala desa yang dipilih
dan dianggap mengetahui masalah yang
akan diteliti yaitu tentang peluang usaha bisnis budidaya nilam dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat di desa Wapuale Kecamatan Parigi Kabupaten
Muna
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Tujuannya
agar diperoleh data yang obyektif. Adapun teknik pengumpulan data tersebut
antara lain:
1) Obeservasi adalah pengamatan langsung dilapangan yang berhunbungan
dengan permasalahan yang diteliti
2) Wawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah dengan memberikan
beberapa pertanyaan- pertanyaan secara lisan kepada informan yang relevan
dengan penelitian. Informan akan memberikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu data yang berkaitan
dengan kegiatan pembudidayaan Nilam di Kecamatan
Parigi Kabupaten Muna.
3) Dokumentasi. Data dalam bentuk dokumentasi dimaksudkan untuk
mendukung data lapangan. Dokumentasi dilakukan untuk memberikan bukti
penelitian yang berupa gambar-gambar yang dibutuhkan oleh peneliti demi
kelengkapan penelitian yang bertujuan untuk menjaawab permasalahan dalam
penelitian ini. Pengambilan gambar dilakukan saat wawancara dan saat melakukan
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif. Secara garis besar analisis dibagi dalam tiga kegiatan yang
dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Miles & Huberman 1992). Analisis data dilakukan secara
terus-menerus mulai saat penyusunan konseptual penelitian, saat pengumpulan
data di lapangan dan sesudahnya
PEMBAHASAN
1.
Usaha
Budidaya Nilam Dalam Meningkatan Pendapatan Masyarakat di Desa Wapuale
Kecamatan Parigi Kabupaten Muna
Usaha pertanian selalu berkaitan erat dengan sumber daya pengelolaan
dan hasil pertanian yang diperoleh petani dalam upaya mencari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kebutuhan keluarga. Potensi peningkatan dan penurunan
pendapatan sangat bergantung pada sumber daya hasil pengolahan pertanian yang
diperoleh atau dihasilkan oleh petani pada saat melakukan pengolahan lahan
pertanian. Pengolahan lahan pertanian juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik faktor cuaca, modal, sumber daya manusia, teknologi dan lain sebagainya.
Adapun lebih jelasnya tentang gambaran umum pendapatan petani dalam
pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.
Berdasarkan
beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pembudidayaan tanaman nilam
yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale secara umum berdampak
pada peningkatan pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan
dapat terjadi tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang
dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga
jual dari usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi
masyarakat petani karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada
situasi harga nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat
pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sedangkan pada kondisi nilai
jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan
masarakat juga tidak mengalami peningkatan.
Pembahasan
selanjutnya adalah tentang usaha pengembangan nilam dapat meningkatkan
pendapatan petani nilam di desa Wapuale. Secara umum berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan dapat terjadi
tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang dilakukan
masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga jual dari
usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi masyarakat petani
karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada situasi harga
nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan
masyarakat juga mengalami peningkatan yaitu sekitar Rp 3.500.000 sampai Rp
5000.000 dalam satu kali panen sebaliknya apabila harga jual dari usaha pengembangan
nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan juga mengalami penurunan
yaitu hanya sekitar Rp 2000.000 sampai Rp 3000.000. Kondisi di atas
menggambarkan bahwa Kecamatan Parigi memiliki potensi yang memadai untuk pengembangan usaha budidaya tanaman
nilam agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Usaha Budidaya Nilam
Kecamatan Parigi Kabupaten Muna
Komoditas perkebunan
mempunyai prospek cukup baik karena cocok diusahakan dipedesaan dan memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani
dan memperluas kesempatan kerja di wilayah pedesaan. Penanaman tanaman nilam sangat potensial bila
dilakukan dengan budidaya dengan baik oleh kelompok tani. Tanaman nilam
memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil
minyak atsiri lainnya. Adanya peluang ekspor mendorong semakin kuatnya upaya
untuk mengembangkan tanaman nilam di wilayah Indonesia termasuk di wilayah desa
Wapuale Kecamatan Parigi. Pengembangan usaha nilam tentu saja terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam pembudidayaan usaha nilam di
desa Wapuale.
a.
Lahan
Penanaman Tanaman Nilam Mempengaruhi
Usaha Nilam di Desa Wapuale
Lahan,
yang merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani.
Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan,
luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan
fasilitas-fasilitas. Dengan kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi
petani sehingga sangat mempengaruhi
usaha pengembangan dan pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.
Berdasarkan
beberapa hasil wawancara menunjukan
bahwa tingkat kesuburan tanah dan luas lahan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Petani nilam yang
memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek
pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Disisi
lain dari dari data di atas menjukan
bahwa luas lahan petani nilam pada masyarakat desa Wapuale berkisar 200 sampai 1 ha. Maka dengan demikian maka luas
lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh pada usaha
pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi.
b.
Tingkat Produksi Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale
Produksi nilam sangat dipengaruhi dengan tingkat
keberhasilan masyarakat dalam membudidayakan tanaman nilam oleh masyarakat di
desa Wapuale. Tingkat produktivitas nilam pada dasarnya dipengaruhi oleh
berbagai faktor pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen adalah bahan tanaman, teknik
budidaya, faktor lingkungan serta cara dan waktu
panen yang mempengaruhi produktivitas dan mutu bahan olah. Faktor pasca panen
adalah penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan dan
penyimpanan berpengaruh terhadap mutu produk akhir berupa minyak nilam.
Berdasarkan
beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa tingkat produksi hasil usaha
pembudidayaan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor diantaranya adalah tingkat kesuburan tanah, keterampilan, modal
dan juga pemasaran. Disisi lain factor yang turut mempengaruhi tingkat
produktivitas pembudidayaan nilam juga adalah luas lahan dengan luas lahan yang relative luas maka tingkat produksi dari
hasil panen petani cukup tinggi yaitu sekitar 100 sampai 300 kg tergantung luas
lahan tempat pembudidayaan nilam dan tingkat kesuburan tanah tempat
pembudidayaan nilam yang dilakukan oleh masyarakat.
c.
Pemasaran
Hasil Usaha Nilam di Desa Wapuale
Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses
menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang
bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini
sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan
pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama
pihak konsumen yang dituju.
Data beberapa wawancara di atas menggambarkan
bahwa pemasaran menjadi salah satu aspek yang penting dari pengembangan usaha nilam di desa
Wapuale. Disisi lain pemasaran menjadi salah aspek penting yang menjadi masalah
yang dihadapi petani dalam usaha pengembangan nilam karena berhubungan dengan
penentuan harga jual dari usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan
demikian pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pengembangan usaha nilam yang dilakukan petani di desa Wapuale.
d.
Harga
Jual Hasil Usaha Budidaya Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale
Sebagai tanaman
penghasil minyak atsri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa menjadi
alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Terbukti minyak nilam telah
tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri
lainnya. Harga minyak nilam cukup
variatife tergantung tingkat permintaan nilam dipasaran sehingga harga nilam di
pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000,- – Rp 250.000,-
per kg.
Berdasarkan
uraian dan penjelasan dari beberapa responden di atas maka dapat diketahui
bahwa harga jual dari usaha pengolahan dan pengembangan nilam di desa Wapuale
pada nilam kering yaitu berkisar. Rp 2.000,- per kg (kering) atau Rp 400,- per kg (basah).
Sedangkan harga jual pada hasil olahan minyak nilam yang sudah disuling
adalah 200.000 sampai Rp 350.000/kg hasil
penyulingan minyak nilam. Dengan demikian pada masyarakat petani nilam yang
memiliki tempat penyulingan memiliki tingkat pendapatan atau harga jual yang
cukup baik dibandingkan dengan masyarakat petani nilam yang tidak memiliki tempat penyulingan.
Berdasarkan data yang
diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau informan penelitian
pada pokok permasalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale menunjukan bahwa beberapa
aspek yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam yaitu mencakup faktor luas
lahan pertanian, modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja, keterampilan dan
pemasaran. Adapun lebih jelasnya tentang faktor tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Aspek luas lahan menjadi
salah satu aspek yang mempengaruhi
pengembangan usaha nilam di desa Wapuale. Lahan merupakan tempat kegiatan
produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor
produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan,
hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. Dengan
kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi petani sehingga sangat mempengaruhi usaha pengembangan dan
pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.
Petani nilam yang
memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek
pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Maka
dengan demikian maka luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting
yang berpengaruh pada usaha pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan
Parigi.
Variabel lain yang juga
mempengaruhi yaitu faktor modal. Dalam suatu usaha peran modal sangat penting
untuk dapat menjalankan suatu usaha. Dengan adanya modal maka usaha dapat
dijalankan atau bahkan dikembangkan sehingga dapat menghasilkan income atau pendapatan kepada pemilik
usaha. Kondisi yang sama terjadi pada usaha perkembangan nilam di desa Wapuale
agar dapat tetap menjalankan usahanya maka pengembangan usaha nilam memerlukan
modal untuk dapat mengembangkan usaha nilam sehingga mendapatkan pendapatan dan
keuntungan dari hasil usaha sebagai petani nilam. Modal digunakan untuk dapat
menjalankan usaha mulai dari tahapan pengolahan lahan tempat penanaman nilam
sampai pada tahapan perawatan tanaman nilam hingga tanaman nilam dapat dipanen
bahkan sampai pada tahapan pemasaran. Dengan demikian modal berperan sangat
penting dalam pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.
Selanjutnya adalah faktor
tenaga kerja, tenaga kerja suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang
tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga
kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelola sumber daya
alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusiaatau biasa disebut sumber
daya manusia. Tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi yaitu sebagai faktor produksi yang aktif untuk mengolah dan
mengorganisir faktor-faktor produksi lain.
Tenaga kerja merupakan
faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi.
Jumlah tenaga kerja yang cukup tidak hanya dilihat dari tersedianya tenaga
kerja yang cukup tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja. Kondisi yang sama
juga dalam hubunganya dengan usaha pengembangan nilam tenaga kerja sangat
penting dan berpengaruh besar pada hasil usaha produksi nilam di desa Wapuale.
Faktor yang lain
yang juga sangat pentingnya yang
mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale yaitu keterampilan. Entrepreneurial skill berkaitan dengan
kemampuan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian
seseorang entrepreneur harus tetap berlandaskan pada kemampuannya menerapkan
fungsi-fungsi manajemen agar usaha yang dijalankan dapat berhasil dengan baik
atau keterampilan dalam mengembangkan usaha. Kondisi yang sama juga dalam usaha
pengembangan usaha nilam di desa Wapuale maka keterampilan juga berdampak pada
pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.
Selanjutnya adalah faktor
pemasaran yang juga mempengaruhi pengembangan nilam di desa Wapuale. Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses
menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang
bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini
sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan
pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama
pihak konsumen yang dituju. Dengan demikian pemasaran menjadi salah
aspek penting yang menjadi masalah yang dihadapi petani dalam usaha
pengembangan nilam karena berhubungan dengan penentuan harga jual dari usaha
pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan demikian pemasaran juga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam yang dilakukan
petani di desa Wapuale.
PENUTUP
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan
usaha budidaya nilam dalam meningkatkan pendapatan usaha petani nilam di desa
Wapaule. bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam dengan tingkat
pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual hasil pengembangan nilam
mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan rendah apabila nilai harga
jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan
2. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi usaha pengembangan
nilam di desa Wapuale dideskripsikan melalui
factor lahan pertanian tempat
pengembangan nilam, tingkat produksi nilam melalui penyulingan, selanjutnya adalah pemasaran serta tingkat harga jual nilam pada
masyarakat petani nilam di desa Wapuale.
DAFTAR PUSTAKA
Damarjati,
Taufiq, 2007, Korelasi Refluks dengan
Kemurnian Patchouli Alkohol pada Fraksinasi Minyak Nilam, Tesis, Fakultas
Teknik, UGM, Yogyakarta.
Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Reksoprayitno.
2004. Sistem Ekonomi Dan Demokrasi
Ekonomi, Jakarta:Bina Grafika.
Soekartawi.
2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya,
Cetakan ke 6, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Sudaryani
dan Sugiharti., 1999. Budidaya dan
Penyulingan Nilam. Swadaya, Jakarta.
_____,
dkk. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian
untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Theodorus
M.Tuanakotta. 2011. Teori Akutansi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Jakarta.