Minggu, 22 September 2024

POLA PEMBINAAN KARAKTER KEBANGSAAN DI LINGKUNGAN PONDOK MODERN DARUSSAKAM GONTOR PUTRI 4 KENDARI

 

POLA PEMBINAAN   KARAKTER KEBANGSAAN DI LINGKUNGAN

PONDOK MODERN  DARUSSAKAM  GONTOR PUTRI 4 KENDARI

 

Hasbullah

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo

Email: hasbullahkabasan1@gmai.com

 


Abstrak: Tujuan penerlitian ini adalah untuk mengetahui pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari dan factor yang mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Gontor Putri Kendari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah dan 5 orang santri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif adalah observasi dan interview. Hasil penelitian menunjukan  bahwa 1) Pola pembinaan karakter kebangsaan yang dilakukan kepada para santri   di lingkungan Pesantren Modern Darussalam  Putri Gontor 4 Kendari teridiri dari  pembinaan terprogram melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan pesantren, proses pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan, pembiasaan atau habituasi santri  dan pemberian punishment dan reward  kepada santri dalam kehidupan di lingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari.  2). Faktor yang mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan dilingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari adalah mencakup intelegensi dan kecerdasaran santri, motivasi santri, lingkungan pesantren,  sarana dan prasarana penunjang serta tenaga pendidik yaitu ustadz dan ustazah yang memperngaruhi dalam proses pembinaan karakter kebangsaan santri dilingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari.

Kata Kunci : Pembinaan; Karakter kebangsaan; Pesantren Modern.

 

PENDAHULUAN

            Pendidikan adalah sesuatu yang telah ada sejak sejarah peradaban manusia dimulai. Pendidikan merupakan sebuah proses penyempurnaan diri yang dilakukan manusia secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan, maka untuk mengembangkan diri serta melengkapi kekurangan dan keterbatasan manusia berproses melalui sebuah  pendidikan. Dewasa ini  pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari peradaban  manusia. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan negara.

            Pernyataan di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan yang memiliki peran strategis dalam membangun karakter bangsa dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang luas baik dalam ruang lingkup sekolah formal maupun non formal seperti pesantren. Eksistensi peran pesantren ditengah kemerosotan dan dekadensi moral  menjadi tantangan yang lebih berat dihadapi dunia pendidikan saat ini.Lebih  lanjut masalah pendidikan modern dewasa ini telah dihadapkan pada dilema pendidikan yang amat substansial, yaitu pendidikan hanya menitikberatkan kepada transmisi sains dan mengabaikan pendidikan karakter.

Pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan bangsa dan bernegara menuntut semua lembaga  pendidikan baik  lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan yang berbasis pesantren untuk mengambil bagian dalam membangun karakter bangsa (nation-character building). Disisi lain meskipun ada anggapan masyarakat berdasarkan fakta sosial  dan hasil penelitian di atas dalam memandang pesantren yang masih tradisonal memang terdapat kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Meskipun  saat ini realialitasnya telah ada pesantren-pesantren yang  dalam  perkembanganya telah mengalami trasnformasi dari pesantren tradisional  menjadi pesantren modern namun belum menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Berdasarkan penelitian ini maka dapat menggambarkan kontribusi  Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari  menemukan bahwa pelaksanaan pola pembinaan karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari  telah dikembangkan dengan cara  modern.

Berdasarkan  uraian  atas tentu menjadi tantangan besar bagi pesantren untuk bertransformasi ke arah perubahan yang progresif. Oleh karena itu menjadi penting apabila pesantren menerapkan pola pendidikan yang lebih demokratis sehingga sangat memungkin pesantren untuk membentuk pola pendidikan yang modernis dan progresif serta demokratis terutama dalam hubunganya dengan pola pendidikan yang berwawasan karakter kebangsaan.

1.     Karakter Kebangsaan

Secara terminologis, makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona,( Dalmeri,2014): A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya dia menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Menurut Azamiyah, (2017) Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu  membentuk watak peserta didik.Hal ini tercakup dalam keteladanan perilaku guru pada  saat berbicara atau menyampaikan materi,bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya. Selain istilah karakter, kita juga mengenal kata adab dan akhlak.  Dilihat dari sudut pengertian kata karakter, adab, akhlak tidak memiliki perbedaan yang  signifikan. Ketiganya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandengan kata lain , ketiganya dapat disebut dengan kebiasaan.

Fitri, 2018 berpendapat bahwa pendidikan karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan kalangan praktisi pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini karena dunia pendidikan selama ini dianggap terpasung oleh kepentingan-kepentingan yang absurd, hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa dibarengi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Output pendidikan memang menghasilkan orang-orang cerdas, tetapi kehilangan sikap jujur dan rendah hati. Mereka terampil, tetapi  kurang menghargai sikap tenggang rasa dan toleransi. Imbasnya, apresiasi terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal.

Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan action. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat (Asmaun Sahlan, 2013).

2.     Konsep Pesantren

Menurut Abdul Tolib, (2015) pada masa ini, pondok pesantren dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajarannya, dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu: a). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. b). Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu tertentu. c). Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren Modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai tingkatan.

3.     Pola Pembinaan Karakter

Pendapat yang cukup efektif untuk menanamkan atau mewujudkan serta menanamkan karakter kepada siswa/santri  dikemukakan oleh  Cece Wijaya, A. (Abdul Karim,2015.) menyebutkan bahwa ada beberapa indikator atau aspek yang perlu dilakukan  untuk menanamkan karakter kepada siswa  dalam kehidupan yaitu :

1)   Pendekatan Program integrasi  Kurikulum

2)   Dengan Pembiasaan.

3)   Dengan atau  teladan. Dalam hal ini guru maupun orang tua sekalipun harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan membiasakan sesuatu kepada anak tetapi dirinya sendiri tidak melaksanakan hal tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan rasa tidak adil dihati anak, rasa tidak senang dan tidak ikhlas melakukan sesuatu yang dibiasakan, akan berakibat bahwa pembiasaan itu sebagai pembiasaan yang dipaksakan dan sulit sekali menjadi disiplin yang tumbuh secara alami dari dalam diri atau dari dalam lubuk hati nurani sebagai pembiasaan lingkunganya.

4)   Dengan Penyadaran Siswa harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya nilai dan fungsi dari nilai-nilai karakter  itu dan apabila kesadaran itu lebih timbul berarti pada siswa telah muncul karakter.

5)   Dengan Pengawasan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih lagi dalam situasi-situasi yang sangat memungkinkan bagi siswa untuk berbuat sesuatu yang melanggar nilai maka untuk itu perlu pemberian reward atau punishment.

Menurut Zubaedi (Rosikum,2018) dalam upaya pengembangan pendidikan karakter di Indonesia saat ini dikembangkan 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/ komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab. Dari 18 butir nilai-nilai karakter bangsa tersebut, karakter religius menjadi prioritas pertama untuk diwujudkan dalam pribadai generasi bangsa.

4.     Faktor Faktor yang Mempengaruhi dalam Pola Pendidikan Pesantren

Menurut Zaini Muchtarom (1998:2) factor-faktor  yang mempengaruhi pola pendidikan pesantren yaitu mencakup:

1.       faktor Internal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa/santri itu sendiri sendiri, meliputi gangguan atau kekurang mampuan fisik siswa, antara lain: 1) Sifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas atau intelegensi siswa, degradesi mental; 2) Sifat afektif (ranah cipta), seperti stabilnya emosi dan sikap; 3) Sifat psikomotorik (ranah rasa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran yang kurang.

2.       Faktor Eksternal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri sendiri, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa antara lain: 1) Lingkungan keluarga, seperti ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga: 2) Lingkungan mayarakat, seperti wilayah perkampungan kumuh, teman sepermainan yang nakal, serta dari pengaruh tokoh dari media masa; 3) Lingkungan pesantren yang mencakup (sarana belajar, baik perangkat keras maupun lunak), seperti kondisi dan letak gedung sekolah, kondisi guru, pedoman pengajaran dan program pendidikan yang berkualitas rendah.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari pada bulan Januari-Maret 2020. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan untuk mengetahui pola pembinaan karakter  kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari.

Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penulis memberikan gambaran atau penjelasan dengan mengutamakan fakta-fakta data dan informasi secara detail mengenai pola pembinaan karakter  kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari. Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.

Informan dan Responden Penelitian   

Adapun informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah sebanyak 5 orang . Responden pada penelitian ini adalah santri yang berjumlah 5 orang.

Teknik Pengumpulan Data

1.   Obsevarsi

2.   Wawancara   

3.   Dokumentasi

Tehnik Analisis Data

     Teknik analisis data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif yang analisisnya melalui penafsiran dan pemahaman. Pengertian kualitatif disini bermakna bahwa data yang disajikan berwujut kata-kata ke dalam bentuk teks yang diperluas bukan angka-angka. Data yang diperoleh dianalisis secara komponensial (Componential Analysis) dengan melalui tiga tahap yaitu:

1.     Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformsi data kasar yang muncul dari catatan tertulis lapangan berdasarkan relevansi dengan fokus penelitian, sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi secara sederhana dan dapat dijelaskan.

2.     Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan sekumpulan informasi menjadi sebuah pernyataan yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.

3.     Penarikan Kesimpulan

Data pengumpulan data penelitian selalu membuat reduksi data dan penyajian data sampai penarikan kesimpulan. Artinya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti selanjutnya menyusun pemahaman arti dari peristiwa melalui reduksi data, kemudian penyusunan data dalam deskripsi secara sistematik, dalam hal ini data menjadi spesifik.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Modern Gontor Purti 4 Kendari dilakukan melalui pola pembinaan sebagai berikut:

1)     Pendekatan Program Integrasi Kurikulum

Pondok pesantren dalam membentuk karakter santri dilakukan melalui berkehidupan totalitas dan semua kegiatan pendidikan di  Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari, baik pendidikan yang bersifat intra kurikuler maupun kegiatan pendidikan yang bersifat ekstra kurikuler dengan pembinaan yang intensif dari para ustadz dan kiai sebagai pimpinan pesantren dilakukan secara terprogram dan terencana. Hal ini sejalan dengan pendapat teoritis yang dikemukakan oleh Suyitno, (2012)  kerangka pengembangan karakter dan budaya bangsa melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Sebagai agen perubahan, pendidik diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa  mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada peserta didiknya. Di samping itu, karakter tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri

2)     Pengajaran

Proses pengajaran dalam hubunganya denga pembinaan karkater dilingkungan pesantren adalah salah satu komponen yang berhubungan dengan aspek  kurikulum. Kurikulum merupakan perpaduan antara kurikulum khas Pesantren yang digabungkan dengan kurikulum sekolah pemerintah (Departemen Pendidikkan Nasional dan Departemen Agama) dalam proses pembetukan karakter dilingkungan Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. Konsep ini sejalan dengan pandangan teoritis yang dikemukakan oleh Beachum dan Floyd, et all, (2015) bahwa pembelajaran karakter dapat dituangkan dalam pembelajaran yang diajarkan secara praktis kepada siswa dalam setiap mata pelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai karakter. Padangan yang sejalan juga disampaikan oleh Darmiyanti dkk, (2010) bahwa pada setiap mata pelajaran sesungguhnya harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter agar membantu menumbuhkan karakter pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran.

3)     Pembiasaan

Kebiasaan memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia.Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik yang dalam istilah sekarang adalah karakter, maka semua yang baik itu diubah menjadi kebiasan. Pada lingkungan pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari pembiasaan menjadi salah satu kegiatan unggulan dalam pembangunan akhlak atau karakter para santri, terutama dalam pembinaan kemandirian dan disiplin serta ukuwah atau persatuan. Suatu perilaku yang ingin dibentuk menjadi kebiasan harusnya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sejalan dengan pandangan teoritis

Pembiasaan menurut Mulyasa (Soepriyanto, (2018) adalah “sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan”. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang dan terus-menerus.

Penanaman karakter harus dibiasakan dan diamalkan secara berulangulang agar menjadi kebiasaan dan terbentuk karakter sesuai yang diinginkan. Pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang dirasa efektif. Pandangan psikologi behaviorisme menyatakan bahwa kebiasaan dapat terbentuk karena pengkondisian atau pemberian stimulus. Stimulus yang diberikan harus dilakukan secara berulangulang agar reaksi yang diinginkan (respon) muncul (Suyono, 2014).

 

 

4)     Keteladanan

Kegiatan belajar mengajar merupakan faktor yang sangat strategis bagi seorang guru untuk menyampaikan dan memperlihatkan contoh teladan yang baik bagi santri/murid terutama dalam membentuk karakter para santri dalam berbagai aspek.Kegiatan belajar mengajar.Kondisi ini sebagaimana diterapkan Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. Konsep di atas sejalan dengan pandangan Masnur (Prasetyo,2019) keteladanan bukan sekadar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai  penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap  dan berperilaku. Oleh karena itu, penerapan  keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pembinaan karakter  peserta didik. Pembangunan karakter dilakukan  secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan, pembelajaran, pemberdayaan,  pembudayaan, dan kerja sama seluruh elemen. Pembinaan karakter tersebut membutuhkan sosok guru yang baik, karena guru menjadi sosok yang selalu berinteraksi dengan  peserta didik di sekolah. Peran guru dalam  pengembangan pendidikan karakter di sekolah  yang berkedudukan sebagai katalisator/teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik melalui keteladanan seorang guru yang mempunyai peranan katalisator akan lebih efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang diuggulkan ditiru oleh peserta didik (Meylan Saleh, 2012). Keteladanan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pembinaan akhlak, terutama sifat kemandirian, dan disiplin pada anak-anak. Sebab anak-anak suka/mudah  meniru orang yang dilihat baik perkataan,  tindakan, maupun budi pekertinya. Oleh karena itu, pembinaan akhlak, kemandirian, dan disiplin melalui keteladanan dapat menjadi sebuah  metode yang efektif dan jitu (Sri Wahyuni, 2012: ).

5)     Pemberian hukuman dan Reward

Memberikan hukuman dan penghargaan kepada santri memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara berimbang.Penghargaan diberikan pada anak asuh agar mereka lebih bersemangat lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok modern darussalam gontor putri 4 Kendari apabila pelanggaran yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Pemberian punishment di  memberikan hukuman dan penghargaan kepada santri memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara berimbang. Penghargaan diberikan pada anak asuh agar mereka lebih bersemangat lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari apabila pelanggaran yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi sudah memenuhi syarat yang dikemukanan oleh Milton (Kelishadroky, Sahmsi, Bagheri, Shahmirzayi, & Mansorihasanabadi, 2016), sebagai berikut. “1) Punishment must be appropriate to the fault and immediately follow it so that the student understands his fault” yang artinya hukuman harus sesuai dengan kesalahan dan segera mengikutinya sehingga siswa memahami kesalahannya.

PENUTUP

Kesimpulan

Pola pembinaan karakter kebangsaan yang dilakukan kepada para santri   di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari teridiri dari  pembinaan terprogram melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan pesntren, proses pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan, pembiasaan atau habituasi santri  dan pemberian punishment dan reward  kepada santri dalam kehidupan di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari.  

Saran

            Adapun yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Kepada Pengelola Pesantren

Agar terus meningkatkan usaha pengembangan dan pembinaan karakter kebangsaan kepada para santri yang berada dilingkungan pondok moderen darussalam gontor putri 4 kendari sehingga dapat menghasilkan santri yang berkompeten yang bukan saja hanya berdampak positif pada lingkungan pesantren akan tetapi pada lingkungan masyarakat pada umumnya.

2.     Kepada Guru/Ustadz/Ustadzah

Diharapkan agar terus melakukan inovasi dalam mengembangkan program pembinaan karakter dilingkungan pesantren yang bersifat kongkret agar menghasilkan output pesantren yang bukan saja memiliki kompetensi yang memadai tetapi juga memiliki karakter.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaun Sahlan. 2013. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam (Kajian Penerapan Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam). Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang hal. 139-149.

Azamiyah. (2017). Konsep Pendidkan Karakter dalam Al-Quran Surah Alhujarat ayat 11 -13. Jurnal UNSIQ Universitas Muhammadiyah Surabaya.

 

Beachum, FloydD.,et.al. 2015. “Support and Importance Of Character Education: PreServiceTeacherPerceptions”. Journal of Education and Practice, Vol. 11, No. 3, hlm. 34-42.

 

Dalmeri.2014. Pendidikan untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character). Al-Ulum Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014 Hal 269-288.

Darmiyati, dkk. 2010. “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar”. Cakrawala Pendidikan, Vol. 2. No. 4, hlm. 22-24.

Fitri, A. (2018). Pendidikan karakter prespektif al-Quran hadits. TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(2), 258- 287. DOI:

Kelishadroky, dkk. (2016). The Role of Reward and 110 Ulfah et al. Pembetukan karakter disiplin santri Punishment in Learning. Internasional Journal of advanced Biotechnology and Research, 780-788

Muchtarom, Zaini.1998.  Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta: Salemba Diniyah

Prasetyo, Danang. 2019. Pentingnya Pendidikan Karakter melalui Keteladanan Guru. HARMONY. ISSN 2548-4621E-ISSN 2548-4648

Saleh, Meylan. (2012). Peran guru dalam  menanamkan pendidikan karakter anak usia dini di PAUD sekecamatan Limboto. Jurnal  Ilmu Pendidikan PEDAGOGIKA, Volume 03  Nomor 04, Desember.

Suyitno, Imam. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan local. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012

Soepriyanto, Yerry.2018. Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan di Sekolah Dasar. Jurnal JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

Thalib, Abdul.2015. Pendidikan di Pondok Pesantren Modern. Jurnal Risaalah, Vol . 1 , No. 1, Desember 2015.

Wahyuni, Tanshzil Sri. (2012). Model Pembinaan Pendidikan Karakter pada Lingkungan Pondok Pesantren dalam Membangun Kemandirian dan  Disiplin Santri (sebuah Kajian Pengembangan  Pendidikan Kewarganegaraan). Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. 13 No. 2 Oktober, hal 1-18

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar