POLA
PEMBINAAN KARAKTER KEBANGSAAN DI
LINGKUNGAN
PONDOK MODERN DARUSSAKAM
GONTOR PUTRI 4 KENDARI
Hasbullah
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halu
Oleo
Email: hasbullahkabasan1@gmai.com
Abstrak: Tujuan penerlitian ini adalah untuk mengetahui pola pembinaan karakter
kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri Kendari dan factor yang
mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren
Gontor Putri Kendari. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah dan 5
orang santri. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif adalah
observasi dan interview. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 1) Pola pembinaan karakter kebangsaan
yang dilakukan kepada para santri di
lingkungan Pesantren Modern Darussalam Putri
Gontor 4 Kendari teridiri dari pembinaan
terprogram melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan
pesantren, proses pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan,
pembiasaan atau habituasi santri dan
pemberian punishment dan reward kepada
santri dalam kehidupan di lingkungan pesantren Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. 2). Faktor
yang mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan dilingkungan pesantren Modern
Darussalam Gontor Putri 4 Kendari
adalah mencakup intelegensi dan kecerdasaran santri, motivasi santri,
lingkungan pesantren, sarana dan
prasarana penunjang serta tenaga pendidik yaitu ustadz dan ustazah yang
memperngaruhi dalam proses pembinaan karakter kebangsaan santri dilingkungan
pesantren Modern
Darussalam Gontor Putri 4
Kendari.
Kata Kunci : Pembinaan; Karakter
kebangsaan;
Pesantren Modern.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang telah
ada sejak sejarah peradaban manusia dimulai. Pendidikan merupakan sebuah proses
penyempurnaan diri yang dilakukan manusia secara terus-menerus. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan,
maka untuk mengembangkan diri serta melengkapi kekurangan dan keterbatasan
manusia berproses melalui sebuah
pendidikan. Dewasa ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dan tidak dapat dipisahkan dari peradaban
manusia. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu bangsa dan negara.
Pernyataan di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan yang memiliki peran
strategis dalam membangun karakter bangsa dapat dilakukan dalam ruang lingkup
yang luas baik dalam ruang lingkup sekolah formal maupun non formal seperti
pesantren. Eksistensi peran pesantren ditengah kemerosotan dan dekadensi
moral menjadi tantangan yang lebih berat
dihadapi dunia pendidikan saat ini.Lebih
lanjut masalah pendidikan modern dewasa ini telah dihadapkan pada dilema
pendidikan yang amat substansial, yaitu pendidikan hanya menitikberatkan kepada
transmisi sains dan mengabaikan pendidikan karakter.
Pentingnya pendidikan karakter dalam
kehidupan bangsa dan bernegara menuntut semua lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan umum maupun lembaga
pendidikan yang berbasis pesantren untuk mengambil bagian dalam membangun karakter bangsa (nation-character
building). Disisi lain meskipun ada anggapan masyarakat berdasarkan fakta
sosial dan hasil penelitian di atas
dalam memandang pesantren yang masih tradisonal memang terdapat kebenaran yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Meskipun saat ini realialitasnya telah ada
pesantren-pesantren yang dalam perkembanganya telah mengalami trasnformasi
dari pesantren tradisional menjadi pesantren
modern namun belum menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Berdasarkan
penelitian ini maka dapat menggambarkan kontribusi Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri 4 Kendari
menemukan bahwa pelaksanaan pola pembinaan karakter di Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 Kendari telah dikembangkan
dengan cara modern.
Berdasarkan uraian atas tentu menjadi tantangan besar bagi
pesantren untuk bertransformasi ke arah perubahan yang progresif. Oleh karena itu menjadi penting apabila pesantren menerapkan pola
pendidikan yang lebih demokratis sehingga sangat memungkin pesantren untuk membentuk pola pendidikan yang
modernis dan progresif serta demokratis terutama dalam hubunganya dengan pola
pendidikan yang berwawasan karakter kebangsaan.
1.
Karakter Kebangsaan
Secara terminologis, makna karakter
sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona,( Dalmeri,2014): A reliable inner disposition to respond to
situations in a morally good way.” Selanjutnya dia menambahkan, “Character so conceived has three
interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”.
Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good
character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen
(niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan
kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations),
serta perilaku (behaviors) dan
keterampilan (skills).
Menurut Azamiyah, (2017) Pendidikan
karakter merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu membentuk watak peserta didik.Hal ini tercakup
dalam keteladanan perilaku guru pada saat
berbicara atau menyampaikan materi,bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai
hal yang terkait lainnya. Selain istilah karakter, kita juga mengenal kata adab
dan akhlak. Dilihat dari sudut
pengertian kata karakter, adab, akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ketiganya didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang terjadi tanpa pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam
pikiran, dandengan kata lain , ketiganya dapat disebut dengan kebiasaan.
Fitri, 2018 berpendapat bahwa pendidikan
karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan kalangan praktisi
pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini karena dunia pendidikan selama ini dianggap
terpasung oleh kepentingan-kepentingan yang absurd,
hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa dibarengi
dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Output pendidikan memang menghasilkan
orang-orang cerdas, tetapi kehilangan sikap jujur dan rendah hati. Mereka
terampil, tetapi kurang menghargai sikap
tenggang rasa dan toleransi. Imbasnya, apresiasi terhadap keunggulan nilai
humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal.
Pembentukan karakter harus dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge,
feeling, loving dan action. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai
pembentukan seseorang menjadi body
builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara
terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat (Asmaun Sahlan, 2013).
2.
Konsep Pesantren
Menurut Abdul
Tolib, (2015) pada masa ini, pondok pesantren dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan dan pengajarannya, dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu: a).
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang
pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal
dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. b). Pesantren adalah lembaga
pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang para santrinya tidak disediakan
pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa
sekeliling pesantren tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran
agama Islam diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri datang
berduyun-duyun pada waktu tertentu. c). Pondok pesantren dewasa ini merupakan
lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan
dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan,
yang bagi para santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren
Modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan
pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai tingkatan.
3.
Pola Pembinaan Karakter
Pendapat yang
cukup efektif untuk menanamkan atau mewujudkan serta menanamkan karakter kepada
siswa/santri dikemukakan oleh Cece Wijaya, A. (Abdul Karim,2015.)
menyebutkan bahwa ada beberapa indikator atau aspek yang perlu dilakukan untuk menanamkan karakter kepada siswa dalam kehidupan yaitu :
1) Pendekatan Program
integrasi Kurikulum
2) Dengan Pembiasaan.
3) Dengan atau teladan. Dalam hal ini guru maupun orang tua
sekalipun harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan
membiasakan sesuatu kepada anak tetapi dirinya sendiri tidak melaksanakan hal
tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan rasa tidak adil dihati anak, rasa tidak
senang dan tidak ikhlas melakukan sesuatu yang dibiasakan, akan berakibat bahwa
pembiasaan itu sebagai pembiasaan yang dipaksakan dan sulit sekali menjadi
disiplin yang tumbuh secara alami dari dalam diri atau dari dalam lubuk hati
nurani sebagai pembiasaan lingkunganya.
4) Dengan Penyadaran Siswa
harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya nilai dan fungsi dari
nilai-nilai karakter itu dan apabila
kesadaran itu lebih timbul berarti pada siswa telah muncul karakter.
5) Dengan Pengawasan.
Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih lagi
dalam situasi-situasi yang sangat memungkinkan bagi siswa untuk berbuat sesuatu
yang melanggar nilai maka untuk itu perlu pemberian reward atau punishment.
Menurut Zubaedi
(Rosikum,2018) dalam upaya pengembangan pendidikan karakter di Indonesia saat
ini dikembangkan 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius,
Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa
Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Bersahabat/ komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli
sosial, Tanggung jawab. Dari 18 butir nilai-nilai karakter bangsa tersebut,
karakter religius menjadi prioritas pertama untuk diwujudkan dalam pribadai
generasi bangsa.
4.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi dalam Pola Pendidikan Pesantren
Menurut
Zaini Muchtarom (1998:2) factor-faktor
yang mempengaruhi pola pendidikan pesantren yaitu mencakup:
1.
faktor Internal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam
diri siswa/santri itu sendiri sendiri, meliputi gangguan atau kekurang mampuan
fisik siswa, antara lain: 1) Sifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya
kapasitas atau intelegensi siswa, degradesi mental; 2) Sifat afektif (ranah
cipta), seperti stabilnya emosi dan sikap; 3) Sifat psikomotorik (ranah rasa),
seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran yang kurang.
2.
Faktor
Eksternal yakni
hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri sendiri, meliputi semua
situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa antara lain: 1) Lingkungan keluarga, seperti ketidak harmonisan hubungan
antara ayah dengan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga: 2) Lingkungan
mayarakat, seperti wilayah perkampungan kumuh, teman sepermainan yang nakal,
serta dari pengaruh tokoh dari media masa; 3) Lingkungan pesantren yang
mencakup (sarana belajar, baik perangkat keras maupun lunak), seperti kondisi
dan letak gedung sekolah, kondisi guru, pedoman pengajaran dan program
pendidikan yang berkualitas rendah.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di di lingkungan Pondok Pesantren Modern
Darussalam Gontor Putri Kendari pada
bulan Januari-Maret 2020. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan untuk
mengetahui pola pembinaan karakter
kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri Kendari.
Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penulis memberikan gambaran atau
penjelasan dengan mengutamakan fakta-fakta data dan informasi secara detail
mengenai pola pembinaan karakter
kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri Kendari. Menurut Sugiyono
(2010) metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah.
Informan dan Responden Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah sebanyak 5
orang . Responden pada penelitian ini adalah santri yang berjumlah 5 orang.
Teknik Pengumpulan Data
1. Obsevarsi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data Data yang diperoleh
dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif yang analisisnya melalui
penafsiran dan pemahaman. Pengertian kualitatif disini bermakna bahwa data yang
disajikan berwujut kata-kata ke dalam bentuk teks yang diperluas bukan
angka-angka. Data yang diperoleh dianalisis secara komponensial (Componential Analysis) dengan melalui
tiga tahap yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi
data merupakan proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformsi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
lapangan berdasarkan relevansi dengan fokus penelitian, sehingga kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi secara sederhana dan dapat dijelaskan.
2. Penyajian Data
Penyajian
data adalah penyusunan sekumpulan informasi menjadi sebuah pernyataan yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Data
pengumpulan data penelitian selalu membuat reduksi data dan penyajian data
sampai penarikan kesimpulan. Artinya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
maka peneliti selanjutnya menyusun pemahaman arti dari peristiwa melalui
reduksi data, kemudian penyusunan data dalam deskripsi secara sistematik, dalam
hal ini data menjadi spesifik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola pembinaan karakter kebangsaan
di lingkungan Pondok Modern Gontor Purti 4 Kendari dilakukan melalui pola
pembinaan sebagai berikut:
1) Pendekatan Program
Integrasi Kurikulum
Pondok pesantren dalam membentuk karakter santri
dilakukan melalui berkehidupan totalitas dan semua kegiatan pendidikan di Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4
Kendari,
baik pendidikan yang bersifat intra kurikuler maupun kegiatan pendidikan yang
bersifat ekstra kurikuler dengan pembinaan yang intensif dari para ustadz dan
kiai sebagai pimpinan pesantren dilakukan secara terprogram dan terencana. Hal
ini sejalan dengan pendapat teoritis yang dikemukakan oleh Suyitno, (2012) kerangka pengembangan karakter dan budaya
bangsa melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat
penting. Sebagai agen perubahan, pendidik diharapkan mampu menanamkan
ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa mandiri,
tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada peserta didiknya. Di samping
itu, karakter tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik karena
melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih
efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri
2) Pengajaran
Proses pengajaran dalam hubunganya denga pembinaan
karkater dilingkungan pesantren adalah salah satu komponen yang berhubungan
dengan aspek kurikulum. Kurikulum
merupakan perpaduan antara kurikulum khas Pesantren yang digabungkan dengan
kurikulum sekolah pemerintah (Departemen Pendidikkan Nasional dan Departemen
Agama) dalam proses pembetukan karakter dilingkungan Pondok Moderen
Darussalam Gontor Putri
4 Kendari. Konsep ini sejalan dengan pandangan teoritis yang dikemukakan
oleh Beachum dan Floyd, et all, (2015) bahwa pembelajaran karakter dapat
dituangkan dalam pembelajaran yang diajarkan secara praktis kepada siswa dalam
setiap mata pelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai karakter. Padangan
yang sejalan juga disampaikan oleh Darmiyanti dkk, (2010) bahwa pada setiap
mata pelajaran sesungguhnya harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter
agar membantu menumbuhkan karakter pada diri setiap peserta didik dalam proses
pembelajaran.
3) Pembiasaan
Kebiasaan memiliki peran yang penting dalam kehidupan
manusia.Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak
yang baik yang dalam istilah sekarang adalah karakter, maka semua yang baik itu
diubah menjadi kebiasan. Pada lingkungan pondok modern darussalam gontor putri 4
kendari pembiasaan menjadi salah satu kegiatan unggulan dalam pembangunan
akhlak atau karakter para santri, terutama dalam pembinaan kemandirian dan
disiplin serta ukuwah atau persatuan. Suatu perilaku yang ingin dibentuk menjadi kebiasan
harusnya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sejalan dengan pandangan
teoritis
Pembiasaan menurut Mulyasa (Soepriyanto, (2018) adalah
“sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan”.
Pembiasaan sebenarnya berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara
berulang-ulang dan terus-menerus.
Penanaman karakter harus dibiasakan dan diamalkan
secara berulangulang agar menjadi kebiasaan dan terbentuk karakter sesuai yang
diinginkan. Pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang dirasa efektif.
Pandangan psikologi behaviorisme menyatakan bahwa kebiasaan dapat terbentuk
karena pengkondisian atau pemberian stimulus. Stimulus yang diberikan harus
dilakukan secara berulangulang agar reaksi yang diinginkan (respon) muncul
(Suyono, 2014).
4) Keteladanan
Kegiatan belajar mengajar merupakan faktor yang sangat
strategis bagi seorang guru untuk menyampaikan dan memperlihatkan contoh
teladan yang baik bagi santri/murid terutama dalam membentuk karakter para
santri dalam berbagai aspek.Kegiatan belajar mengajar.Kondisi ini sebagaimana
diterapkan Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. Konsep di
atas sejalan dengan pandangan Masnur
(Prasetyo,2019) keteladanan bukan sekadar sebagai contoh bagi peserta didik,
melainkan juga sebagai penguat moral
bagi peserta didik dalam bersikap dan
berperilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladanan
di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pembinaan karakter peserta didik. Pembangunan karakter dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi,
pendidikan, pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan,
dan kerja sama seluruh elemen. Pembinaan karakter tersebut membutuhkan sosok
guru yang baik, karena guru menjadi sosok yang selalu berinteraksi dengan peserta didik di sekolah. Peran guru dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah yang berkedudukan sebagai katalisator/teladan,
inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Faktor mutlak dalam
pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik melalui keteladanan seorang
guru yang mempunyai peranan katalisator akan lebih efektif, karena kedudukannya
sebagai figur atau idola yang diuggulkan ditiru oleh peserta didik (Meylan
Saleh, 2012). Keteladanan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak, terutama sifat kemandirian, dan disiplin pada anak-anak.
Sebab anak-anak suka/mudah meniru orang
yang dilihat baik perkataan, tindakan,
maupun budi pekertinya. Oleh karena itu, pembinaan akhlak, kemandirian, dan
disiplin melalui keteladanan dapat menjadi sebuah metode yang efektif dan jitu (Sri Wahyuni,
2012: ).
5) Pemberian hukuman dan
Reward
Memberikan hukuman dan penghargaan kepada santri
memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan
dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara
berimbang.Penghargaan diberikan pada anak asuh agar mereka lebih bersemangat
lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok modern
darussalam gontor putri 4 Kendari apabila pelanggaran
yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Pemberian punishment di memberikan hukuman dan penghargaan kepada
santri memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika
dilakukan dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak
diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman
harus diberikan secara berimbang. Penghargaan diberikan pada anak asuh agar
mereka lebih bersemangat lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok
modern darussalam gontor putri 4
kendari
apabila pelanggaran yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi sudah
memenuhi syarat yang dikemukanan oleh Milton (Kelishadroky, Sahmsi, Bagheri,
Shahmirzayi, & Mansorihasanabadi, 2016), sebagai berikut. “1) Punishment must be appropriate to the fault
and immediately follow it so that the student understands his fault” yang
artinya hukuman harus sesuai dengan kesalahan dan segera mengikutinya sehingga
siswa memahami kesalahannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Pola pembinaan karakter kebangsaan
yang dilakukan kepada para santri di
pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari
teridiri dari pembinaan terprogram
melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan pesntren, proses
pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan, pembiasaan atau habituasi
santri dan pemberian punishment dan
reward kepada santri dalam kehidupan di pondok
modern darussalam gontor putri 4
kendari.
Saran
Adapun yang menjadi
saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepada Pengelola
Pesantren
Agar
terus meningkatkan usaha pengembangan dan pembinaan karakter kebangsaan kepada
para santri yang berada dilingkungan pondok moderen darussalam gontor
putri 4 kendari
sehingga dapat menghasilkan santri yang berkompeten yang bukan saja hanya
berdampak positif pada lingkungan pesantren akan tetapi pada lingkungan
masyarakat pada umumnya.
2. Kepada
Guru/Ustadz/Ustadzah
Diharapkan
agar terus melakukan inovasi dalam mengembangkan program pembinaan karakter
dilingkungan pesantren yang bersifat kongkret agar menghasilkan output
pesantren yang bukan saja memiliki kompetensi yang memadai tetapi juga memiliki
karakter.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmaun Sahlan. 2013. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
(Kajian Penerapan Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam). Jurnal
el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang hal. 139-149.
Azamiyah. (2017). Konsep Pendidkan Karakter dalam Al-Quran
Surah Alhujarat ayat 11 -13. Jurnal UNSIQ Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Beachum, FloydD.,et.al.
2015. “Support and Importance Of
Character Education: PreServiceTeacherPerceptions”. Journal of Education
and Practice, Vol. 11, No. 3, hlm. 34-42.
Dalmeri.2014.
Pendidikan untuk Pengembangan Karakter
(Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character).
Al-Ulum Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014 Hal 269-288.
Darmiyati,
dkk. 2010. “Pengembangan Model Pendidikan
Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar”.
Cakrawala Pendidikan, Vol. 2. No. 4, hlm. 22-24.
Fitri, A.
(2018). Pendidikan karakter prespektif
al-Quran hadits. TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(2), 258- 287.
DOI:
Kelishadroky,
dkk. (2016). The Role of Reward and 110
Ulfah et al. Pembetukan karakter disiplin santri Punishment in Learning.
Internasional Journal of advanced Biotechnology and Research, 780-788
Muchtarom,
Zaini.1998. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta: Salemba
Diniyah
Prasetyo,
Danang. 2019. Pentingnya Pendidikan
Karakter melalui Keteladanan Guru. HARMONY. ISSN 2548-4621E-ISSN 2548-4648
Saleh,
Meylan. (2012). Peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter anak usia dini
di PAUD sekecamatan Limboto. Jurnal Ilmu
Pendidikan PEDAGOGIKA, Volume 03 Nomor
04, Desember.
Suyitno, Imam. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya
Bangsa Berwawasan Kearifan local. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II,
Nomor 1, Februari 2012
Soepriyanto, Yerry.2018. Pendidikan
Karakter Melalui Pembiasaan di Sekolah Dasar. Jurnal JKTP Volume 1, Nomor 2,
Juni 2018
Thalib,
Abdul.2015. Pendidikan di Pondok
Pesantren Modern. Jurnal Risaalah, Vol . 1 , No. 1, Desember 2015.
Wahyuni,
Tanshzil Sri. (2012). Model Pembinaan
Pendidikan Karakter pada Lingkungan Pondok Pesantren dalam Membangun
Kemandirian dan Disiplin Santri (sebuah
Kajian Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan).
Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. 13 No. 2
Oktober, hal 1-18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar