Minggu, 22 September 2024

A.ANALISIS USAHA BUDIDAYA NILAM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA WAPUALE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

 

ANALISIS USAHA BUDIDAYA NILAM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT    DI DESA WAPUALE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN  MUNA

 

Oleh

Hasbullah

 


ABSTRACT

 

This study aims to describe what factors influence the development of patchouli business in Parigi District, Muna Regency? Research analysis using qualitative descriptive. Based on the results of data analysis and discussion, it can be concluded that 1) Factors affecting patchouli development efforts in the village of Wapuale include the area of ​​patchouli farming land, capital, human resources or labor used in the development of patchouli, the skills of farmers in the development of patchouli business and marketing factors. 2) Patchouli development efforts in Wapuale village have an impact on increasing the income of farmers in Wapaule village. However, the level of income depends on the selling price of patchouli processing in Wapuale village with a high income level if the selling price level of patchouli development results increases whereas the level of income is low if the selling price value of the patchouli development effort decreases.

 

Keywords: Patchouli Development, Income, Community

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha nilam di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna?,Bagaimana usaha budidaya nilam dapat meningkatkan pendapatan masyarakat  Kecamatan Parigi Kabupaten Muna?. Analisis penelitian menggunakan deskripstif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa  1) Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam di desa Wapuale adalah mencakup luas lahan pertanian tempat pengembangan nilam, faktor modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pengembangan nilam,  keterampilan petani dalam pengembangan usaha nilam serta faktor pemasaran. 2) Usaha pengembangan nilam di desa Wapuale berdampak pada peningkatan pendapatan petani di desa Wapaule. Namun demikian tingkat pendapatan bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam di desa Wapuale dengan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual hasil pengembangan nilam mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan rendah apabila nilai harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan.

 

Kata Kunci: Pengembangan nilam, Pendapatan , Masyarakat

 

Pendahuluan

 

Komoditas nilam (Pogostemon cablin) merupakan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dengan nilai ekonomi di pasaran intenasional sangat baik.Misalnya di Amerika dan Eropa harga minyak nilam mencapai USD ($) 50/kg, berarti sekitar 666,750 rupiah/kg (Haryudin 2002).  Disi lain komoditas nilam  menunjukkan bahwa tanaman nilam memiliki prospek yang cerah dengan semakin bertambahnya jumlah negara pengimpor minyak nilam. Menurut data ITC (International Trade Centre), negara pengimpor minyak atsiri terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jepang, dan Jerman Barat (Yudharta, 2014).

Oval: 1Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Dalam dunia perdagangan internasional, komoditas minyak nilam sering disebut patchouli oil. Sebagai tanaman perkebunan, nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara pengimpor minyak atsiri semakin bertambah antara lain Islandia, Irlandia, Hongkong, Norwegia, Portugal, Finlandia, Australia, Austria, Kanada, Denmark, Italia, Singapura,dan lain-lain.  Negara pengimpor mayoritas bekerja di bidang perindustrian, negara pengimpor memanfaatkan minyak atsiri sebagai bahan baku. Potensi ini menjadikan negara Indonesia ikut dalam pengembangan dan budidaya tanaman nilam sebagai tanaman penghasil minyak astri. (Taufiq A., 2007).

Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan lebih tahan lama bila dibandingkan dengan minyak nilam produksi negara lain. Hal ini menyebabkan minyak nilam Indonesia disegani di pasaran Internasional. (Lutony dan Rahmayati,2002), namun demikian dalam perkembanganya volume produktifitas nilam ini mengalami penurunan. Merosotnya volume minyak nilam dan perananya, disebabkan oleh kurang intensifnya petani produsen terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil, dan sebagainya. Alasan tersebut di dukung oleh suatu kenyataan, bahwa perkembangan luas tanaman nilam diliputi suasana ketidakpastian, dan tidak pernah meunjukkan trend kenaikan. Ketidakpastian pembudidayaan nilam itu jelas berpengaruh terhadap produksi minyak nilam yang dihasilkan. (Santoso dan F. Nursadi 2004).

Kerangka pemikiran di atas mempertegas bahwa pengembangan budidaya nilam dipengaruhi oleh potensi pasar yang  sangat berpengaruh dan dapat  menarik perhatian masyarakat petani dalam hal menentukan komoditas tanaman yang harus ditanam,  namun selain itu, potensi pengembangan komoditas nilam ini juga harus mampu menunjang tercapainya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Oleh karenanya dibutuhkan sinergitas antara potensi pasar dan prospek pengembangan nilam agar mampu menjadi penopang peningkatan pendapatan petani.

Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Muna tepatnya di Kecamatan Parigi Desa Wapuale  merupakan salah satu wilayah yang masyarakatnya berusaha melalakukan  pengembangan budidaya nilam  dimana fokus mengembangkan nilam melalui pengembangan agribisnis. Budidaya tanaman nilam di Kabupaten Muna telah lama diusahakan. Namun demikian, animo masyarakat terhadap budidaya tanaman nilam sangat dipengaruhi oleh tingkat harga nilam di pasaran lokal sehingga tingkat produtvitas masyarakat petani sekitar 20 petani dalam pembudidaya nilam di Kecamatan Parigi masih tergolong rendah hanya berkisar antara 200 sampai 400 kg perbulanya dari hasil pembudidayaan nilam.

Aspek pemasaran juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi petani nilam yang hanya mengandalkan distributor  pembeli lokal sehingga harga yang didapatkan petani tergolong sangat rendah dari harga pada umumnya. Disisi lain dari segi tingkat kesejahtraan dan pendapatn pada masyarakat petani pembudidaya nilam di Kecamatan Parigi juga belum terlalu baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat yang tidak menentu tergantung dari harga nilam yang fluktuatif di pasar lokal sehingga pendapatan masyarakat rata-rata tiap sekali panen hanya berkisar antara Rp 3000.000 hingga Rp 5000.000 setiap panen. (observasi awal tanggal 15 Mei 2019).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu  melakukan analisis usaha budidaya nilam dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat petani nilam melalui penelitian yang bersifat empiris dan ilmiah melalui penelitian lanjutan dengan judul “Analisis Usaha  Budi Daya Dalam Meningkatkan  Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Parigi dan Kabupaten Muna.

KAJIAN TEORI

 

1.     Konsep Pembudiaya Nilam

Menurut (Sudaryani, 1998), dalam buku “Budidaya dan penyulingan nilam”, menyatakan bahwa cara yang di tmpuh dalam pembudidayaan nilam di perlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pembibitan

b. Persiapan lahan

c. Penanaman

d. Pemetikan atau panen

Berdasarkan uraian diatas maka langkah-langkah dalam pembudidayaan nilam terbagi atas 4 tahapan yaitu tahap pembibitan, persipan lahan berupa pembersihan lahan yang siap tanam, penanaman tanaman nilam dan pemetikan atau panen hasil nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale.

Konsep Pendapatan

 

Menurut ahli ekonomi klasik yang dikutip Theodorus, (2011) pendapatan ditentukan oleh kemampuan faktor-faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan faktor–faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin besar pula pendapatan yang diciptakan. Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dalain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.

Menurut Reksoprayitno (2004) Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan  seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan: “Pendapatan  (revenue) dapat diartikan sebagai total  penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian  dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan  yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

Sedangkan menurut Soekartawati, (2003) Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas  jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah  angga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan  sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah  pendapatan tambahan yang merupakan penerimaaan lain dari luar  aktifitas pokok atau pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsung dapat digunakan untuk menunjang atau  menambah pendapatan pokok.  Adapun rumus tentang pendapatan kotor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

TR = Y. P

Keterangan :

TR : total revenue (pendapatan kotor total)

Y : jumlah produksi

Py : harga per satuan produk

Sedangkan pendapatan bersih (income) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

I = TR – TC (eksplisit)

Keterangan :

I : pendapatan bersih

TR : pendapatan kotor

  TC : biaya total

Soekartawi lebih lanjut menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi  banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang  dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah  adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik Soekartawati, (2011).

Dengan demikian  dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: analisis parsial usaha tani, dan analisis keseluruhan usaha tani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis) Soekartawi, (2003).

 

 

 

METODE PENELITIAN

 

1.     Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2019. Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

2.     Subyek Penelitian

Responden  penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang petani nilam yang dilakukan dengan cara penunjukan langsung atau proposive sampling. Sedangkan Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci seperti kepala desa  yang dipilih  dan  dianggap mengetahui masalah yang akan diteliti yaitu tentang peluang usaha bisnis budidaya nilam dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di desa Wapuale Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

3.     Teknik Pengumpulan Data

 

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Tujuannya agar diperoleh data yang obyektif. Adapun teknik pengumpulan data tersebut antara lain:

1)    Obeservasi adalah pengamatan langsung dilapangan yang berhunbungan dengan permasalahan yang diteliti

2)    Wawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan- pertanyaan secara lisan kepada informan yang relevan dengan penelitian. Informan akan memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data yang berkaitan  dengan kegiatan pembudidayaan Nilam di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

3)    Dokumentasi. Data dalam bentuk dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung data lapangan. Dokumentasi dilakukan untuk memberikan bukti penelitian yang berupa gambar-gambar yang dibutuhkan oleh peneliti demi kelengkapan penelitian yang bertujuan untuk menjaawab permasalahan dalam penelitian ini. Pengambilan gambar dilakukan saat wawancara dan saat melakukan

Teknik Analisis Data

 

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Secara garis besar analisis dibagi dalam tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman 1992). Analisis data dilakukan secara terus-menerus mulai saat penyusunan konseptual penelitian, saat pengumpulan data di lapangan dan sesudahnya

PEMBAHASAN

 

1.     Usaha Budidaya Nilam Dalam Meningkatan Pendapatan Masyarakat di Desa Wapuale Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

 

Usaha pertanian  selalu berkaitan erat dengan sumber daya pengelolaan dan hasil pertanian yang diperoleh petani  dalam upaya mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan keluarga. Potensi peningkatan dan penurunan pendapatan sangat bergantung pada sumber daya hasil pengolahan pertanian yang diperoleh atau dihasilkan oleh petani pada saat melakukan pengolahan lahan pertanian.  Pengolahan lahan pertanian  juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor cuaca, modal, sumber daya manusia, teknologi dan lain sebagainya. Adapun lebih jelasnya tentang gambaran umum pendapatan petani dalam pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pembudidayaan tanaman nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale secara umum berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan dapat terjadi tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga jual dari usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi masyarakat petani karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada situasi harga nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sedangkan pada kondisi nilai jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan masarakat juga tidak mengalami peningkatan.

Pembahasan selanjutnya adalah tentang usaha pengembangan nilam dapat meningkatkan pendapatan petani nilam di desa Wapuale. Secara umum berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan dapat terjadi tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga jual dari usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi masyarakat petani karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada situasi harga nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan yaitu sekitar Rp 3.500.000 sampai Rp 5000.000 dalam satu kali panen sebaliknya apabila harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan juga mengalami penurunan yaitu hanya sekitar Rp 2000.000 sampai Rp 3000.000. Kondisi di atas menggambarkan bahwa Kecamatan Parigi memiliki potensi yang memadai  untuk pengembangan usaha budidaya tanaman nilam agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Usaha Budidaya Nilam Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

 

Komoditas perkebunan mempunyai prospek cukup baik karena cocok diusahakan dipedesaan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja di wilayah pedesaan.  Penanaman tanaman nilam sangat potensial bila dilakukan dengan budidaya dengan baik oleh kelompok tani. Tanaman nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Adanya peluang ekspor mendorong semakin kuatnya upaya untuk mengembangkan tanaman nilam di wilayah Indonesia termasuk di wilayah desa Wapuale Kecamatan Parigi. Pengembangan usaha nilam tentu saja terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam pembudidayaan usaha nilam di desa Wapuale.

a.     Lahan Penanaman Tanaman Nilam  Mempengaruhi Usaha Nilam di Desa Wapuale

Lahan, yang merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. Dengan kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi petani sehingga  sangat mempengaruhi usaha pengembangan dan pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara  menunjukan bahwa tingkat kesuburan tanah dan luas lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Petani nilam yang memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Disisi lain dari  dari data di atas menjukan bahwa luas lahan petani nilam pada masyarakat desa Wapuale berkisar 200 sampai 1 ha. Maka dengan demikian maka luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh pada usaha pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi. 

b.     Tingkat  Produksi Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale

Produksi  nilam sangat dipengaruhi dengan tingkat keberhasilan masyarakat dalam membudidayakan tanaman nilam oleh masyarakat di desa Wapuale. Tingkat produktivitas nilam pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen adalah bahan tanaman, teknik budidaya, faktor lingkungan serta cara dan waktu panen yang mempengaruhi produktivitas dan mutu bahan olah. Faktor pasca panen adalah penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan dan penyimpanan berpengaruh terhadap mutu produk akhir berupa minyak nilam.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa tingkat produksi hasil usaha pembudidayaan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi sangat dipengaruhi oleh berbagai factor  diantaranya adalah  tingkat kesuburan tanah, keterampilan, modal dan juga pemasaran. Disisi lain factor yang turut mempengaruhi tingkat produktivitas pembudidayaan nilam juga adalah luas lahan dengan luas lahan  yang relative luas maka tingkat produksi dari hasil panen petani cukup tinggi yaitu sekitar 100 sampai 300 kg tergantung luas lahan tempat pembudidayaan nilam dan tingkat kesuburan tanah tempat pembudidayaan nilam yang dilakukan oleh masyarakat.

c.     Pemasaran Hasil Usaha Nilam di Desa Wapuale

Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

Data  beberapa wawancara di atas menggambarkan bahwa pemasaran menjadi salah satu aspek yang penting  dari pengembangan usaha nilam di desa Wapuale. Disisi lain pemasaran menjadi salah aspek penting yang menjadi masalah yang dihadapi petani dalam usaha pengembangan nilam karena berhubungan dengan penentuan harga jual dari usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan demikian pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam yang dilakukan petani di desa Wapuale.

d.     Harga Jual Hasil Usaha Budidaya Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale

Sebagai tanaman penghasil minyak atsri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Terbukti minyak nilam telah tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya. Harga minyak nilam cukup variatife tergantung tingkat permintaan nilam dipasaran sehingga harga nilam di pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000,- – Rp 250.000,- per kg.

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari beberapa responden di atas maka dapat diketahui bahwa harga jual dari usaha pengolahan dan pengembangan nilam di desa Wapuale pada nilam kering yaitu berkisar. Rp 2.000,- per kg (kering) atau Rp 400,- per kg (basah). Sedangkan harga jual pada hasil olahan minyak nilam yang sudah disuling adalah  200.000 sampai Rp 350.000/kg hasil penyulingan minyak nilam. Dengan demikian pada masyarakat petani nilam yang memiliki tempat penyulingan memiliki tingkat pendapatan atau harga jual yang cukup baik dibandingkan dengan masyarakat petani nilam  yang tidak memiliki tempat penyulingan.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau informan penelitian pada pokok permasalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale menunjukan bahwa beberapa aspek yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam yaitu mencakup faktor luas lahan pertanian, modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja, keterampilan dan pemasaran. Adapun lebih jelasnya tentang faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Aspek luas lahan menjadi salah satu aspek yang  mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale. Lahan merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. Dengan kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi petani sehingga  sangat mempengaruhi usaha pengembangan dan pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.

Petani nilam yang memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Maka dengan demikian maka luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh pada usaha pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi. 

Variabel lain yang juga mempengaruhi yaitu faktor modal. Dalam suatu usaha peran modal sangat penting untuk dapat menjalankan suatu usaha. Dengan adanya modal maka usaha dapat dijalankan atau bahkan dikembangkan sehingga dapat menghasilkan income atau pendapatan kepada pemilik usaha. Kondisi yang sama terjadi pada usaha perkembangan nilam di desa Wapuale agar dapat tetap menjalankan usahanya maka pengembangan usaha nilam memerlukan modal untuk dapat mengembangkan usaha nilam sehingga mendapatkan pendapatan dan keuntungan dari hasil usaha sebagai petani nilam. Modal digunakan untuk dapat menjalankan usaha mulai dari tahapan pengolahan lahan tempat penanaman nilam sampai pada tahapan perawatan tanaman nilam hingga tanaman nilam dapat dipanen bahkan sampai pada tahapan pemasaran. Dengan demikian modal berperan sangat penting dalam pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Selanjutnya adalah faktor tenaga kerja, tenaga kerja suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelola sumber daya alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusiaatau biasa disebut sumber daya manusia. Tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai faktor produksi yang aktif untuk mengolah dan mengorganisir faktor-faktor produksi lain.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Jumlah tenaga kerja yang cukup tidak hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja yang cukup tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja. Kondisi yang sama juga dalam hubunganya dengan usaha pengembangan nilam tenaga kerja sangat penting dan berpengaruh besar pada hasil usaha produksi nilam di desa Wapuale.

Faktor yang lain yang  juga sangat pentingnya yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale yaitu keterampilan. Entrepreneurial skill berkaitan dengan kemampuan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian seseorang entrepreneur harus tetap berlandaskan pada kemampuannya menerapkan fungsi-fungsi manajemen agar usaha yang dijalankan dapat berhasil dengan baik atau keterampilan dalam mengembangkan usaha. Kondisi yang sama juga dalam usaha pengembangan usaha nilam di desa Wapuale maka keterampilan juga berdampak pada pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Selanjutnya adalah faktor pemasaran yang juga mempengaruhi pengembangan nilam di desa Wapuale. Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Dengan demikian pemasaran menjadi salah aspek penting yang menjadi masalah yang dihadapi petani dalam usaha pengembangan nilam karena berhubungan dengan penentuan harga jual dari usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan demikian pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam yang dilakukan petani di desa Wapuale.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.     Pengembangan usaha budidaya nilam dalam meningkatkan pendapatan usaha petani nilam di desa Wapaule. bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam dengan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual hasil pengembangan nilam mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan rendah apabila nilai harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan

2.     Faktor-Faktor yang mempengaruhi  usaha pengembangan nilam di desa Wapuale dideskripsikan melalui  factor  lahan pertanian tempat pengembangan nilam, tingkat produksi nilam melalui  penyulingan, selanjutnya adalah  pemasaran serta tingkat harga jual nilam pada masyarakat petani nilam di desa Wapuale.

DAFTAR PUSTAKA

 

Damarjati, Taufiq, 2007, Korelasi Refluks dengan Kemurnian Patchouli Alkohol pada Fraksinasi Minyak Nilam, Tesis, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.

 

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

 

Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta:Bina Grafika.

 

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Cetakan ke 6, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

 

Sudaryani dan Sugiharti., 1999. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Swadaya, Jakarta.

 

_____, dkk. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

 

Theodorus M.Tuanakotta. 2011. Teori Akutansi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Jakarta.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar