Minggu, 22 September 2024

A.ANALISIS USAHA BUDIDAYA NILAM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA WAPUALE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

 

ANALISIS USAHA BUDIDAYA NILAM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT    DI DESA WAPUALE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN  MUNA

 

Oleh

Hasbullah

 


ABSTRACT

 

This study aims to describe what factors influence the development of patchouli business in Parigi District, Muna Regency? Research analysis using qualitative descriptive. Based on the results of data analysis and discussion, it can be concluded that 1) Factors affecting patchouli development efforts in the village of Wapuale include the area of ​​patchouli farming land, capital, human resources or labor used in the development of patchouli, the skills of farmers in the development of patchouli business and marketing factors. 2) Patchouli development efforts in Wapuale village have an impact on increasing the income of farmers in Wapaule village. However, the level of income depends on the selling price of patchouli processing in Wapuale village with a high income level if the selling price level of patchouli development results increases whereas the level of income is low if the selling price value of the patchouli development effort decreases.

 

Keywords: Patchouli Development, Income, Community

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha nilam di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna?,Bagaimana usaha budidaya nilam dapat meningkatkan pendapatan masyarakat  Kecamatan Parigi Kabupaten Muna?. Analisis penelitian menggunakan deskripstif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa  1) Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam di desa Wapuale adalah mencakup luas lahan pertanian tempat pengembangan nilam, faktor modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pengembangan nilam,  keterampilan petani dalam pengembangan usaha nilam serta faktor pemasaran. 2) Usaha pengembangan nilam di desa Wapuale berdampak pada peningkatan pendapatan petani di desa Wapaule. Namun demikian tingkat pendapatan bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam di desa Wapuale dengan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual hasil pengembangan nilam mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan rendah apabila nilai harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan.

 

Kata Kunci: Pengembangan nilam, Pendapatan , Masyarakat

 

Pendahuluan

 

Komoditas nilam (Pogostemon cablin) merupakan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dengan nilai ekonomi di pasaran intenasional sangat baik.Misalnya di Amerika dan Eropa harga minyak nilam mencapai USD ($) 50/kg, berarti sekitar 666,750 rupiah/kg (Haryudin 2002).  Disi lain komoditas nilam  menunjukkan bahwa tanaman nilam memiliki prospek yang cerah dengan semakin bertambahnya jumlah negara pengimpor minyak nilam. Menurut data ITC (International Trade Centre), negara pengimpor minyak atsiri terbesar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jepang, dan Jerman Barat (Yudharta, 2014).

Oval: 1Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Dalam dunia perdagangan internasional, komoditas minyak nilam sering disebut patchouli oil. Sebagai tanaman perkebunan, nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara pengimpor minyak atsiri semakin bertambah antara lain Islandia, Irlandia, Hongkong, Norwegia, Portugal, Finlandia, Australia, Austria, Kanada, Denmark, Italia, Singapura,dan lain-lain.  Negara pengimpor mayoritas bekerja di bidang perindustrian, negara pengimpor memanfaatkan minyak atsiri sebagai bahan baku. Potensi ini menjadikan negara Indonesia ikut dalam pengembangan dan budidaya tanaman nilam sebagai tanaman penghasil minyak astri. (Taufiq A., 2007).

Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan lebih tahan lama bila dibandingkan dengan minyak nilam produksi negara lain. Hal ini menyebabkan minyak nilam Indonesia disegani di pasaran Internasional. (Lutony dan Rahmayati,2002), namun demikian dalam perkembanganya volume produktifitas nilam ini mengalami penurunan. Merosotnya volume minyak nilam dan perananya, disebabkan oleh kurang intensifnya petani produsen terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil, dan sebagainya. Alasan tersebut di dukung oleh suatu kenyataan, bahwa perkembangan luas tanaman nilam diliputi suasana ketidakpastian, dan tidak pernah meunjukkan trend kenaikan. Ketidakpastian pembudidayaan nilam itu jelas berpengaruh terhadap produksi minyak nilam yang dihasilkan. (Santoso dan F. Nursadi 2004).

Kerangka pemikiran di atas mempertegas bahwa pengembangan budidaya nilam dipengaruhi oleh potensi pasar yang  sangat berpengaruh dan dapat  menarik perhatian masyarakat petani dalam hal menentukan komoditas tanaman yang harus ditanam,  namun selain itu, potensi pengembangan komoditas nilam ini juga harus mampu menunjang tercapainya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Oleh karenanya dibutuhkan sinergitas antara potensi pasar dan prospek pengembangan nilam agar mampu menjadi penopang peningkatan pendapatan petani.

Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Muna tepatnya di Kecamatan Parigi Desa Wapuale  merupakan salah satu wilayah yang masyarakatnya berusaha melalakukan  pengembangan budidaya nilam  dimana fokus mengembangkan nilam melalui pengembangan agribisnis. Budidaya tanaman nilam di Kabupaten Muna telah lama diusahakan. Namun demikian, animo masyarakat terhadap budidaya tanaman nilam sangat dipengaruhi oleh tingkat harga nilam di pasaran lokal sehingga tingkat produtvitas masyarakat petani sekitar 20 petani dalam pembudidaya nilam di Kecamatan Parigi masih tergolong rendah hanya berkisar antara 200 sampai 400 kg perbulanya dari hasil pembudidayaan nilam.

Aspek pemasaran juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi petani nilam yang hanya mengandalkan distributor  pembeli lokal sehingga harga yang didapatkan petani tergolong sangat rendah dari harga pada umumnya. Disisi lain dari segi tingkat kesejahtraan dan pendapatn pada masyarakat petani pembudidaya nilam di Kecamatan Parigi juga belum terlalu baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat yang tidak menentu tergantung dari harga nilam yang fluktuatif di pasar lokal sehingga pendapatan masyarakat rata-rata tiap sekali panen hanya berkisar antara Rp 3000.000 hingga Rp 5000.000 setiap panen. (observasi awal tanggal 15 Mei 2019).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu  melakukan analisis usaha budidaya nilam dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat petani nilam melalui penelitian yang bersifat empiris dan ilmiah melalui penelitian lanjutan dengan judul “Analisis Usaha  Budi Daya Dalam Meningkatkan  Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Parigi dan Kabupaten Muna.

KAJIAN TEORI

 

1.     Konsep Pembudiaya Nilam

Menurut (Sudaryani, 1998), dalam buku “Budidaya dan penyulingan nilam”, menyatakan bahwa cara yang di tmpuh dalam pembudidayaan nilam di perlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pembibitan

b. Persiapan lahan

c. Penanaman

d. Pemetikan atau panen

Berdasarkan uraian diatas maka langkah-langkah dalam pembudidayaan nilam terbagi atas 4 tahapan yaitu tahap pembibitan, persipan lahan berupa pembersihan lahan yang siap tanam, penanaman tanaman nilam dan pemetikan atau panen hasil nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale.

Konsep Pendapatan

 

Menurut ahli ekonomi klasik yang dikutip Theodorus, (2011) pendapatan ditentukan oleh kemampuan faktor-faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan faktor–faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin besar pula pendapatan yang diciptakan. Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dalain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.

Menurut Reksoprayitno (2004) Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan  seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan: “Pendapatan  (revenue) dapat diartikan sebagai total  penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian  dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan  yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

Sedangkan menurut Soekartawati, (2003) Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas  jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah  angga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan  sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah  pendapatan tambahan yang merupakan penerimaaan lain dari luar  aktifitas pokok atau pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsung dapat digunakan untuk menunjang atau  menambah pendapatan pokok.  Adapun rumus tentang pendapatan kotor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

TR = Y. P

Keterangan :

TR : total revenue (pendapatan kotor total)

Y : jumlah produksi

Py : harga per satuan produk

Sedangkan pendapatan bersih (income) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

I = TR – TC (eksplisit)

Keterangan :

I : pendapatan bersih

TR : pendapatan kotor

  TC : biaya total

Soekartawi lebih lanjut menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi  banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang  dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah  adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik Soekartawati, (2011).

Dengan demikian  dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: analisis parsial usaha tani, dan analisis keseluruhan usaha tani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis) Soekartawi, (2003).

 

 

 

METODE PENELITIAN

 

1.     Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2019. Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

2.     Subyek Penelitian

Responden  penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang petani nilam yang dilakukan dengan cara penunjukan langsung atau proposive sampling. Sedangkan Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci seperti kepala desa  yang dipilih  dan  dianggap mengetahui masalah yang akan diteliti yaitu tentang peluang usaha bisnis budidaya nilam dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di desa Wapuale Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

3.     Teknik Pengumpulan Data

 

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Tujuannya agar diperoleh data yang obyektif. Adapun teknik pengumpulan data tersebut antara lain:

1)    Obeservasi adalah pengamatan langsung dilapangan yang berhunbungan dengan permasalahan yang diteliti

2)    Wawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan- pertanyaan secara lisan kepada informan yang relevan dengan penelitian. Informan akan memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data yang berkaitan  dengan kegiatan pembudidayaan Nilam di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

3)    Dokumentasi. Data dalam bentuk dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung data lapangan. Dokumentasi dilakukan untuk memberikan bukti penelitian yang berupa gambar-gambar yang dibutuhkan oleh peneliti demi kelengkapan penelitian yang bertujuan untuk menjaawab permasalahan dalam penelitian ini. Pengambilan gambar dilakukan saat wawancara dan saat melakukan

Teknik Analisis Data

 

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Secara garis besar analisis dibagi dalam tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman 1992). Analisis data dilakukan secara terus-menerus mulai saat penyusunan konseptual penelitian, saat pengumpulan data di lapangan dan sesudahnya

PEMBAHASAN

 

1.     Usaha Budidaya Nilam Dalam Meningkatan Pendapatan Masyarakat di Desa Wapuale Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

 

Usaha pertanian  selalu berkaitan erat dengan sumber daya pengelolaan dan hasil pertanian yang diperoleh petani  dalam upaya mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan keluarga. Potensi peningkatan dan penurunan pendapatan sangat bergantung pada sumber daya hasil pengolahan pertanian yang diperoleh atau dihasilkan oleh petani pada saat melakukan pengolahan lahan pertanian.  Pengolahan lahan pertanian  juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor cuaca, modal, sumber daya manusia, teknologi dan lain sebagainya. Adapun lebih jelasnya tentang gambaran umum pendapatan petani dalam pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pembudidayaan tanaman nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale secara umum berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan dapat terjadi tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga jual dari usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi masyarakat petani karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada situasi harga nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sedangkan pada kondisi nilai jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan masarakat juga tidak mengalami peningkatan.

Pembahasan selanjutnya adalah tentang usaha pengembangan nilam dapat meningkatkan pendapatan petani nilam di desa Wapuale. Secara umum berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, Namun demikian peningkatan pendapatan dapat terjadi tergantung pada harga jual dari usaha pembudidayaan nilam yang dilakukan masyarakat petani nilam di desa Wapuale. Disisi lain masalah harga jual dari usaha pengembangan nilam masih menjadi masalah yang dihadapi masyarakat petani karena tingkat harga yang tidak stabil dan berubah-ubah. Pada situasi harga nilai jual hasil usaha nilam mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan yaitu sekitar Rp 3.500.000 sampai Rp 5000.000 dalam satu kali panen sebaliknya apabila harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan maka tingkat pendapatan juga mengalami penurunan yaitu hanya sekitar Rp 2000.000 sampai Rp 3000.000. Kondisi di atas menggambarkan bahwa Kecamatan Parigi memiliki potensi yang memadai  untuk pengembangan usaha budidaya tanaman nilam agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Usaha Budidaya Nilam Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

 

Komoditas perkebunan mempunyai prospek cukup baik karena cocok diusahakan dipedesaan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja di wilayah pedesaan.  Penanaman tanaman nilam sangat potensial bila dilakukan dengan budidaya dengan baik oleh kelompok tani. Tanaman nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Adanya peluang ekspor mendorong semakin kuatnya upaya untuk mengembangkan tanaman nilam di wilayah Indonesia termasuk di wilayah desa Wapuale Kecamatan Parigi. Pengembangan usaha nilam tentu saja terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam pembudidayaan usaha nilam di desa Wapuale.

a.     Lahan Penanaman Tanaman Nilam  Mempengaruhi Usaha Nilam di Desa Wapuale

Lahan, yang merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. Dengan kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi petani sehingga  sangat mempengaruhi usaha pengembangan dan pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara  menunjukan bahwa tingkat kesuburan tanah dan luas lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Petani nilam yang memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Disisi lain dari  dari data di atas menjukan bahwa luas lahan petani nilam pada masyarakat desa Wapuale berkisar 200 sampai 1 ha. Maka dengan demikian maka luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh pada usaha pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi. 

b.     Tingkat  Produksi Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale

Produksi  nilam sangat dipengaruhi dengan tingkat keberhasilan masyarakat dalam membudidayakan tanaman nilam oleh masyarakat di desa Wapuale. Tingkat produktivitas nilam pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen adalah bahan tanaman, teknik budidaya, faktor lingkungan serta cara dan waktu panen yang mempengaruhi produktivitas dan mutu bahan olah. Faktor pasca panen adalah penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan dan penyimpanan berpengaruh terhadap mutu produk akhir berupa minyak nilam.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas menunjukan bahwa tingkat produksi hasil usaha pembudidayaan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi sangat dipengaruhi oleh berbagai factor  diantaranya adalah  tingkat kesuburan tanah, keterampilan, modal dan juga pemasaran. Disisi lain factor yang turut mempengaruhi tingkat produktivitas pembudidayaan nilam juga adalah luas lahan dengan luas lahan  yang relative luas maka tingkat produksi dari hasil panen petani cukup tinggi yaitu sekitar 100 sampai 300 kg tergantung luas lahan tempat pembudidayaan nilam dan tingkat kesuburan tanah tempat pembudidayaan nilam yang dilakukan oleh masyarakat.

c.     Pemasaran Hasil Usaha Nilam di Desa Wapuale

Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

Data  beberapa wawancara di atas menggambarkan bahwa pemasaran menjadi salah satu aspek yang penting  dari pengembangan usaha nilam di desa Wapuale. Disisi lain pemasaran menjadi salah aspek penting yang menjadi masalah yang dihadapi petani dalam usaha pengembangan nilam karena berhubungan dengan penentuan harga jual dari usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan demikian pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam yang dilakukan petani di desa Wapuale.

d.     Harga Jual Hasil Usaha Budidaya Nilam Pada Masyarakat Desa Wapuale

Sebagai tanaman penghasil minyak atsri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Terbukti minyak nilam telah tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya. Harga minyak nilam cukup variatife tergantung tingkat permintaan nilam dipasaran sehingga harga nilam di pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000,- – Rp 250.000,- per kg.

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari beberapa responden di atas maka dapat diketahui bahwa harga jual dari usaha pengolahan dan pengembangan nilam di desa Wapuale pada nilam kering yaitu berkisar. Rp 2.000,- per kg (kering) atau Rp 400,- per kg (basah). Sedangkan harga jual pada hasil olahan minyak nilam yang sudah disuling adalah  200.000 sampai Rp 350.000/kg hasil penyulingan minyak nilam. Dengan demikian pada masyarakat petani nilam yang memiliki tempat penyulingan memiliki tingkat pendapatan atau harga jual yang cukup baik dibandingkan dengan masyarakat petani nilam  yang tidak memiliki tempat penyulingan.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau informan penelitian pada pokok permasalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale menunjukan bahwa beberapa aspek yang mempengaruhi usaha pengembangan nilam yaitu mencakup faktor luas lahan pertanian, modal, sumber daya manusia atau tenaga kerja, keterampilan dan pemasaran. Adapun lebih jelasnya tentang faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Aspek luas lahan menjadi salah satu aspek yang  mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale. Lahan merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. Dengan kata lain lahan adalah sumber modal utama bagi petani sehingga  sangat mempengaruhi usaha pengembangan dan pengolahan tanaman nilam di desa Wapuale.

Petani nilam yang memiliki luas lahan pertanian yang relative luas maka memiliki prospek pengembangan yang lebih meningkat dan juga mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani yang relative kecil. Maka dengan demikian maka luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh pada usaha pengembangan nilam di desa Wapuale Kecamatan Parigi. 

Variabel lain yang juga mempengaruhi yaitu faktor modal. Dalam suatu usaha peran modal sangat penting untuk dapat menjalankan suatu usaha. Dengan adanya modal maka usaha dapat dijalankan atau bahkan dikembangkan sehingga dapat menghasilkan income atau pendapatan kepada pemilik usaha. Kondisi yang sama terjadi pada usaha perkembangan nilam di desa Wapuale agar dapat tetap menjalankan usahanya maka pengembangan usaha nilam memerlukan modal untuk dapat mengembangkan usaha nilam sehingga mendapatkan pendapatan dan keuntungan dari hasil usaha sebagai petani nilam. Modal digunakan untuk dapat menjalankan usaha mulai dari tahapan pengolahan lahan tempat penanaman nilam sampai pada tahapan perawatan tanaman nilam hingga tanaman nilam dapat dipanen bahkan sampai pada tahapan pemasaran. Dengan demikian modal berperan sangat penting dalam pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Selanjutnya adalah faktor tenaga kerja, tenaga kerja suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelola sumber daya alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusiaatau biasa disebut sumber daya manusia. Tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai faktor produksi yang aktif untuk mengolah dan mengorganisir faktor-faktor produksi lain.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Jumlah tenaga kerja yang cukup tidak hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja yang cukup tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja. Kondisi yang sama juga dalam hubunganya dengan usaha pengembangan nilam tenaga kerja sangat penting dan berpengaruh besar pada hasil usaha produksi nilam di desa Wapuale.

Faktor yang lain yang  juga sangat pentingnya yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam di desa Wapuale yaitu keterampilan. Entrepreneurial skill berkaitan dengan kemampuan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian seseorang entrepreneur harus tetap berlandaskan pada kemampuannya menerapkan fungsi-fungsi manajemen agar usaha yang dijalankan dapat berhasil dengan baik atau keterampilan dalam mengembangkan usaha. Kondisi yang sama juga dalam usaha pengembangan usaha nilam di desa Wapuale maka keterampilan juga berdampak pada pengembangan usaha nilam di desa Wapuale.

Selanjutnya adalah faktor pemasaran yang juga mempengaruhi pengembangan nilam di desa Wapuale. Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Dengan demikian pemasaran menjadi salah aspek penting yang menjadi masalah yang dihadapi petani dalam usaha pengembangan nilam karena berhubungan dengan penentuan harga jual dari usaha pengembangan nilam di desa Wapuale. Dengan demikian pemasaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha nilam yang dilakukan petani di desa Wapuale.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.     Pengembangan usaha budidaya nilam dalam meningkatkan pendapatan usaha petani nilam di desa Wapaule. bergantung pada harga jual dari hasil pengolahan nilam dengan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila tingkat harga jual hasil pengembangan nilam mengalami peningkatan sebaliknya tingkat pendapatan rendah apabila nilai harga jual dari usaha pengembangan nilam mengalami penurunan

2.     Faktor-Faktor yang mempengaruhi  usaha pengembangan nilam di desa Wapuale dideskripsikan melalui  factor  lahan pertanian tempat pengembangan nilam, tingkat produksi nilam melalui  penyulingan, selanjutnya adalah  pemasaran serta tingkat harga jual nilam pada masyarakat petani nilam di desa Wapuale.

DAFTAR PUSTAKA

 

Damarjati, Taufiq, 2007, Korelasi Refluks dengan Kemurnian Patchouli Alkohol pada Fraksinasi Minyak Nilam, Tesis, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.

 

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

 

Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta:Bina Grafika.

 

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Cetakan ke 6, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

 

Sudaryani dan Sugiharti., 1999. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Swadaya, Jakarta.

 

_____, dkk. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

 

Theodorus M.Tuanakotta. 2011. Teori Akutansi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Jakarta.

 

 

POLA PEMBINAAN KARAKTER KEBANGSAAN DI LINGKUNGAN PONDOK MODERN DARUSSAKAM GONTOR PUTRI 4 KENDARI

 

POLA PEMBINAAN   KARAKTER KEBANGSAAN DI LINGKUNGAN

PONDOK MODERN  DARUSSAKAM  GONTOR PUTRI 4 KENDARI

 

Hasbullah

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo

Email: hasbullahkabasan1@gmai.com

 


Abstrak: Tujuan penerlitian ini adalah untuk mengetahui pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari dan factor yang mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Gontor Putri Kendari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah dan 5 orang santri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif adalah observasi dan interview. Hasil penelitian menunjukan  bahwa 1) Pola pembinaan karakter kebangsaan yang dilakukan kepada para santri   di lingkungan Pesantren Modern Darussalam  Putri Gontor 4 Kendari teridiri dari  pembinaan terprogram melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan pesantren, proses pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan, pembiasaan atau habituasi santri  dan pemberian punishment dan reward  kepada santri dalam kehidupan di lingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari.  2). Faktor yang mempengaruhi pola pembinaan karakter kebangsaan dilingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari adalah mencakup intelegensi dan kecerdasaran santri, motivasi santri, lingkungan pesantren,  sarana dan prasarana penunjang serta tenaga pendidik yaitu ustadz dan ustazah yang memperngaruhi dalam proses pembinaan karakter kebangsaan santri dilingkungan pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri 4 Kendari.

Kata Kunci : Pembinaan; Karakter kebangsaan; Pesantren Modern.

 

PENDAHULUAN

            Pendidikan adalah sesuatu yang telah ada sejak sejarah peradaban manusia dimulai. Pendidikan merupakan sebuah proses penyempurnaan diri yang dilakukan manusia secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan, maka untuk mengembangkan diri serta melengkapi kekurangan dan keterbatasan manusia berproses melalui sebuah  pendidikan. Dewasa ini  pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari peradaban  manusia. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan negara.

            Pernyataan di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan yang memiliki peran strategis dalam membangun karakter bangsa dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang luas baik dalam ruang lingkup sekolah formal maupun non formal seperti pesantren. Eksistensi peran pesantren ditengah kemerosotan dan dekadensi moral  menjadi tantangan yang lebih berat dihadapi dunia pendidikan saat ini.Lebih  lanjut masalah pendidikan modern dewasa ini telah dihadapkan pada dilema pendidikan yang amat substansial, yaitu pendidikan hanya menitikberatkan kepada transmisi sains dan mengabaikan pendidikan karakter.

Pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan bangsa dan bernegara menuntut semua lembaga  pendidikan baik  lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan yang berbasis pesantren untuk mengambil bagian dalam membangun karakter bangsa (nation-character building). Disisi lain meskipun ada anggapan masyarakat berdasarkan fakta sosial  dan hasil penelitian di atas dalam memandang pesantren yang masih tradisonal memang terdapat kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Meskipun  saat ini realialitasnya telah ada pesantren-pesantren yang  dalam  perkembanganya telah mengalami trasnformasi dari pesantren tradisional  menjadi pesantren modern namun belum menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Berdasarkan penelitian ini maka dapat menggambarkan kontribusi  Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari  menemukan bahwa pelaksanaan pola pembinaan karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari  telah dikembangkan dengan cara  modern.

Berdasarkan  uraian  atas tentu menjadi tantangan besar bagi pesantren untuk bertransformasi ke arah perubahan yang progresif. Oleh karena itu menjadi penting apabila pesantren menerapkan pola pendidikan yang lebih demokratis sehingga sangat memungkin pesantren untuk membentuk pola pendidikan yang modernis dan progresif serta demokratis terutama dalam hubunganya dengan pola pendidikan yang berwawasan karakter kebangsaan.

1.     Karakter Kebangsaan

Secara terminologis, makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona,( Dalmeri,2014): A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya dia menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Menurut Azamiyah, (2017) Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu  membentuk watak peserta didik.Hal ini tercakup dalam keteladanan perilaku guru pada  saat berbicara atau menyampaikan materi,bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya. Selain istilah karakter, kita juga mengenal kata adab dan akhlak.  Dilihat dari sudut pengertian kata karakter, adab, akhlak tidak memiliki perbedaan yang  signifikan. Ketiganya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandengan kata lain , ketiganya dapat disebut dengan kebiasaan.

Fitri, 2018 berpendapat bahwa pendidikan karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan kalangan praktisi pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini karena dunia pendidikan selama ini dianggap terpasung oleh kepentingan-kepentingan yang absurd, hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa dibarengi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Output pendidikan memang menghasilkan orang-orang cerdas, tetapi kehilangan sikap jujur dan rendah hati. Mereka terampil, tetapi  kurang menghargai sikap tenggang rasa dan toleransi. Imbasnya, apresiasi terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal.

Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan action. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat (Asmaun Sahlan, 2013).

2.     Konsep Pesantren

Menurut Abdul Tolib, (2015) pada masa ini, pondok pesantren dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajarannya, dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu: a). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. b). Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu tertentu. c). Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren Modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai tingkatan.

3.     Pola Pembinaan Karakter

Pendapat yang cukup efektif untuk menanamkan atau mewujudkan serta menanamkan karakter kepada siswa/santri  dikemukakan oleh  Cece Wijaya, A. (Abdul Karim,2015.) menyebutkan bahwa ada beberapa indikator atau aspek yang perlu dilakukan  untuk menanamkan karakter kepada siswa  dalam kehidupan yaitu :

1)   Pendekatan Program integrasi  Kurikulum

2)   Dengan Pembiasaan.

3)   Dengan atau  teladan. Dalam hal ini guru maupun orang tua sekalipun harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan membiasakan sesuatu kepada anak tetapi dirinya sendiri tidak melaksanakan hal tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan rasa tidak adil dihati anak, rasa tidak senang dan tidak ikhlas melakukan sesuatu yang dibiasakan, akan berakibat bahwa pembiasaan itu sebagai pembiasaan yang dipaksakan dan sulit sekali menjadi disiplin yang tumbuh secara alami dari dalam diri atau dari dalam lubuk hati nurani sebagai pembiasaan lingkunganya.

4)   Dengan Penyadaran Siswa harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya nilai dan fungsi dari nilai-nilai karakter  itu dan apabila kesadaran itu lebih timbul berarti pada siswa telah muncul karakter.

5)   Dengan Pengawasan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pengawasan harus terus-menerus dilakukan, terlebih lagi dalam situasi-situasi yang sangat memungkinkan bagi siswa untuk berbuat sesuatu yang melanggar nilai maka untuk itu perlu pemberian reward atau punishment.

Menurut Zubaedi (Rosikum,2018) dalam upaya pengembangan pendidikan karakter di Indonesia saat ini dikembangkan 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/ komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab. Dari 18 butir nilai-nilai karakter bangsa tersebut, karakter religius menjadi prioritas pertama untuk diwujudkan dalam pribadai generasi bangsa.

4.     Faktor Faktor yang Mempengaruhi dalam Pola Pendidikan Pesantren

Menurut Zaini Muchtarom (1998:2) factor-faktor  yang mempengaruhi pola pendidikan pesantren yaitu mencakup:

1.       faktor Internal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa/santri itu sendiri sendiri, meliputi gangguan atau kekurang mampuan fisik siswa, antara lain: 1) Sifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas atau intelegensi siswa, degradesi mental; 2) Sifat afektif (ranah cipta), seperti stabilnya emosi dan sikap; 3) Sifat psikomotorik (ranah rasa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran yang kurang.

2.       Faktor Eksternal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri sendiri, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa antara lain: 1) Lingkungan keluarga, seperti ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga: 2) Lingkungan mayarakat, seperti wilayah perkampungan kumuh, teman sepermainan yang nakal, serta dari pengaruh tokoh dari media masa; 3) Lingkungan pesantren yang mencakup (sarana belajar, baik perangkat keras maupun lunak), seperti kondisi dan letak gedung sekolah, kondisi guru, pedoman pengajaran dan program pendidikan yang berkualitas rendah.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari pada bulan Januari-Maret 2020. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan untuk mengetahui pola pembinaan karakter  kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari.

Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penulis memberikan gambaran atau penjelasan dengan mengutamakan fakta-fakta data dan informasi secara detail mengenai pola pembinaan karakter  kebangsaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam  Gontor Putri Kendari. Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.

Informan dan Responden Penelitian   

Adapun informan dalam penelitian ini adalah ustadz/ustazah sebanyak 5 orang . Responden pada penelitian ini adalah santri yang berjumlah 5 orang.

Teknik Pengumpulan Data

1.   Obsevarsi

2.   Wawancara   

3.   Dokumentasi

Tehnik Analisis Data

     Teknik analisis data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif yang analisisnya melalui penafsiran dan pemahaman. Pengertian kualitatif disini bermakna bahwa data yang disajikan berwujut kata-kata ke dalam bentuk teks yang diperluas bukan angka-angka. Data yang diperoleh dianalisis secara komponensial (Componential Analysis) dengan melalui tiga tahap yaitu:

1.     Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformsi data kasar yang muncul dari catatan tertulis lapangan berdasarkan relevansi dengan fokus penelitian, sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi secara sederhana dan dapat dijelaskan.

2.     Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan sekumpulan informasi menjadi sebuah pernyataan yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.

3.     Penarikan Kesimpulan

Data pengumpulan data penelitian selalu membuat reduksi data dan penyajian data sampai penarikan kesimpulan. Artinya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti selanjutnya menyusun pemahaman arti dari peristiwa melalui reduksi data, kemudian penyusunan data dalam deskripsi secara sistematik, dalam hal ini data menjadi spesifik.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola pembinaan karakter kebangsaan di lingkungan Pondok Modern Gontor Purti 4 Kendari dilakukan melalui pola pembinaan sebagai berikut:

1)     Pendekatan Program Integrasi Kurikulum

Pondok pesantren dalam membentuk karakter santri dilakukan melalui berkehidupan totalitas dan semua kegiatan pendidikan di  Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari, baik pendidikan yang bersifat intra kurikuler maupun kegiatan pendidikan yang bersifat ekstra kurikuler dengan pembinaan yang intensif dari para ustadz dan kiai sebagai pimpinan pesantren dilakukan secara terprogram dan terencana. Hal ini sejalan dengan pendapat teoritis yang dikemukakan oleh Suyitno, (2012)  kerangka pengembangan karakter dan budaya bangsa melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Sebagai agen perubahan, pendidik diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa  mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada peserta didiknya. Di samping itu, karakter tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri

2)     Pengajaran

Proses pengajaran dalam hubunganya denga pembinaan karkater dilingkungan pesantren adalah salah satu komponen yang berhubungan dengan aspek  kurikulum. Kurikulum merupakan perpaduan antara kurikulum khas Pesantren yang digabungkan dengan kurikulum sekolah pemerintah (Departemen Pendidikkan Nasional dan Departemen Agama) dalam proses pembetukan karakter dilingkungan Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. Konsep ini sejalan dengan pandangan teoritis yang dikemukakan oleh Beachum dan Floyd, et all, (2015) bahwa pembelajaran karakter dapat dituangkan dalam pembelajaran yang diajarkan secara praktis kepada siswa dalam setiap mata pelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai karakter. Padangan yang sejalan juga disampaikan oleh Darmiyanti dkk, (2010) bahwa pada setiap mata pelajaran sesungguhnya harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter agar membantu menumbuhkan karakter pada diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran.

3)     Pembiasaan

Kebiasaan memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia.Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik yang dalam istilah sekarang adalah karakter, maka semua yang baik itu diubah menjadi kebiasan. Pada lingkungan pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari pembiasaan menjadi salah satu kegiatan unggulan dalam pembangunan akhlak atau karakter para santri, terutama dalam pembinaan kemandirian dan disiplin serta ukuwah atau persatuan. Suatu perilaku yang ingin dibentuk menjadi kebiasan harusnya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sejalan dengan pandangan teoritis

Pembiasaan menurut Mulyasa (Soepriyanto, (2018) adalah “sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan”. Pembiasaan sebenarnya berisi tentang pengalaman yang diamalkan secara berulang-ulang dan terus-menerus.

Penanaman karakter harus dibiasakan dan diamalkan secara berulangulang agar menjadi kebiasaan dan terbentuk karakter sesuai yang diinginkan. Pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang dirasa efektif. Pandangan psikologi behaviorisme menyatakan bahwa kebiasaan dapat terbentuk karena pengkondisian atau pemberian stimulus. Stimulus yang diberikan harus dilakukan secara berulangulang agar reaksi yang diinginkan (respon) muncul (Suyono, 2014).

 

 

4)     Keteladanan

Kegiatan belajar mengajar merupakan faktor yang sangat strategis bagi seorang guru untuk menyampaikan dan memperlihatkan contoh teladan yang baik bagi santri/murid terutama dalam membentuk karakter para santri dalam berbagai aspek.Kegiatan belajar mengajar.Kondisi ini sebagaimana diterapkan Pondok Moderen Darussalam Gontor Putri 4 Kendari. Konsep di atas sejalan dengan pandangan Masnur (Prasetyo,2019) keteladanan bukan sekadar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai  penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap  dan berperilaku. Oleh karena itu, penerapan  keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pembinaan karakter  peserta didik. Pembangunan karakter dilakukan  secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan, pembelajaran, pemberdayaan,  pembudayaan, dan kerja sama seluruh elemen. Pembinaan karakter tersebut membutuhkan sosok guru yang baik, karena guru menjadi sosok yang selalu berinteraksi dengan  peserta didik di sekolah. Peran guru dalam  pengembangan pendidikan karakter di sekolah  yang berkedudukan sebagai katalisator/teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik melalui keteladanan seorang guru yang mempunyai peranan katalisator akan lebih efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang diuggulkan ditiru oleh peserta didik (Meylan Saleh, 2012). Keteladanan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pembinaan akhlak, terutama sifat kemandirian, dan disiplin pada anak-anak. Sebab anak-anak suka/mudah  meniru orang yang dilihat baik perkataan,  tindakan, maupun budi pekertinya. Oleh karena itu, pembinaan akhlak, kemandirian, dan disiplin melalui keteladanan dapat menjadi sebuah  metode yang efektif dan jitu (Sri Wahyuni, 2012: ).

5)     Pemberian hukuman dan Reward

Memberikan hukuman dan penghargaan kepada santri memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara berimbang.Penghargaan diberikan pada anak asuh agar mereka lebih bersemangat lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok modern darussalam gontor putri 4 Kendari apabila pelanggaran yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Pemberian punishment di  memberikan hukuman dan penghargaan kepada santri memang dipercaya akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara berimbang. Penghargaan diberikan pada anak asuh agar mereka lebih bersemangat lagi.Hukuman digunakan biasa digunakan di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari apabila pelanggaran yang dilakukan santri sudah tidak bisa ditoleransi lagi sudah memenuhi syarat yang dikemukanan oleh Milton (Kelishadroky, Sahmsi, Bagheri, Shahmirzayi, & Mansorihasanabadi, 2016), sebagai berikut. “1) Punishment must be appropriate to the fault and immediately follow it so that the student understands his fault” yang artinya hukuman harus sesuai dengan kesalahan dan segera mengikutinya sehingga siswa memahami kesalahannya.

PENUTUP

Kesimpulan

Pola pembinaan karakter kebangsaan yang dilakukan kepada para santri   di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari teridiri dari  pembinaan terprogram melalui kegiatan dan kehidupan santri selama dalam lingkungan pesntren, proses pengajaran dalam lingkungan pesantren, keteladanan, pembiasaan atau habituasi santri  dan pemberian punishment dan reward  kepada santri dalam kehidupan di pondok modern darussalam gontor putri 4 kendari.  

Saran

            Adapun yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Kepada Pengelola Pesantren

Agar terus meningkatkan usaha pengembangan dan pembinaan karakter kebangsaan kepada para santri yang berada dilingkungan pondok moderen darussalam gontor putri 4 kendari sehingga dapat menghasilkan santri yang berkompeten yang bukan saja hanya berdampak positif pada lingkungan pesantren akan tetapi pada lingkungan masyarakat pada umumnya.

2.     Kepada Guru/Ustadz/Ustadzah

Diharapkan agar terus melakukan inovasi dalam mengembangkan program pembinaan karakter dilingkungan pesantren yang bersifat kongkret agar menghasilkan output pesantren yang bukan saja memiliki kompetensi yang memadai tetapi juga memiliki karakter.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaun Sahlan. 2013. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam (Kajian Penerapan Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam). Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang hal. 139-149.

Azamiyah. (2017). Konsep Pendidkan Karakter dalam Al-Quran Surah Alhujarat ayat 11 -13. Jurnal UNSIQ Universitas Muhammadiyah Surabaya.

 

Beachum, FloydD.,et.al. 2015. “Support and Importance Of Character Education: PreServiceTeacherPerceptions”. Journal of Education and Practice, Vol. 11, No. 3, hlm. 34-42.

 

Dalmeri.2014. Pendidikan untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character). Al-Ulum Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014 Hal 269-288.

Darmiyati, dkk. 2010. “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar”. Cakrawala Pendidikan, Vol. 2. No. 4, hlm. 22-24.

Fitri, A. (2018). Pendidikan karakter prespektif al-Quran hadits. TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(2), 258- 287. DOI:

Kelishadroky, dkk. (2016). The Role of Reward and 110 Ulfah et al. Pembetukan karakter disiplin santri Punishment in Learning. Internasional Journal of advanced Biotechnology and Research, 780-788

Muchtarom, Zaini.1998.  Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta: Salemba Diniyah

Prasetyo, Danang. 2019. Pentingnya Pendidikan Karakter melalui Keteladanan Guru. HARMONY. ISSN 2548-4621E-ISSN 2548-4648

Saleh, Meylan. (2012). Peran guru dalam  menanamkan pendidikan karakter anak usia dini di PAUD sekecamatan Limboto. Jurnal  Ilmu Pendidikan PEDAGOGIKA, Volume 03  Nomor 04, Desember.

Suyitno, Imam. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan local. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012

Soepriyanto, Yerry.2018. Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan di Sekolah Dasar. Jurnal JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018

Thalib, Abdul.2015. Pendidikan di Pondok Pesantren Modern. Jurnal Risaalah, Vol . 1 , No. 1, Desember 2015.

Wahyuni, Tanshzil Sri. (2012). Model Pembinaan Pendidikan Karakter pada Lingkungan Pondok Pesantren dalam Membangun Kemandirian dan  Disiplin Santri (sebuah Kajian Pengembangan  Pendidikan Kewarganegaraan). Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. 13 No. 2 Oktober, hal 1-18