A. Pendahuluan
Bangsa
Indonesia yang bersifat multi etnis, suku, ras, dan agama tentu saja juga kaya
akan kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga kaya akan kebudayaan dan adat
istiadat yang berbeda antara daerah yang satu dan daerah yang lainnya.
Keanekaragaman kebudayaan dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku
bangsa yang ada adalah merupakan khazanah dalam memperkaya kebudayaan nasional.
Selain itu juga
Indonesia sebagai negara berkembang, berkepentingan dengan pembangunan dan
mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang ada seperti tanah, air, dan hutan, baik
yang terdapat di dasar lautan maupun yang ada di perut bumi, untuk dijadikan
sebagai bahan baku untuk komoditas ekspor, industry atau langsung dikonsumsi,
utamanya tanaman pangan yang berfungsi sebagai bahan sumber makanan pokok yakni
tanaman padi khususnya padi ladang. Karena ketersediaan sumber daya alam di
Indonesia sehingga mendorong masyarakatnya melakukan kegiatan/aktivitas.
Aktivitas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berawal sejak adanya manusia di muka
bumi ini. Faktor yang mendorong dan usaha untuk memenuhi kebutuhannya adalah
faktor alamiah, dorongan-dorongan ini terlihat dari aktivitas manusia dalam
usaha untuk memenuhi kebutuhannya, mempertahnkan, dan mengembangkan diri maupun
kelompoknya. Pemenuhuan kebutuhan manusia tersebut berbentuk hasrat, kehendak,
dan kemauan, baik dari manusia itu secara pribadi maupun dalam bentuk kelompok
sosial.
Manusia
merupakan pelaku yang mengolah alam sehingga dapat menjadi bermanfaat, akan
tetapi ekologi lingkungan dimana manusia itu berada juga menjadi faktor yang sangat
berperan di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Alam lingkungan menjadi alternatif
yang dapat digunakan sebagai tempat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu
pada zaman pembangunan dan kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, nilai-niai lama seperti halnya proses pelaksanaan
berladang berpindah-pindah yang dianggap penting dan menjadi acuan masyarakat
terdahulu, kini tidak menghilang di dalam Suku Moronene di Desa Pomontoro.
Meskipun
berbagai bentuk penemuan baru di bidang teknologi pertanian yang berguna dalam
mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian tersebut, namun ternyata
belum sepenuhnya dapat menggeser seluruh tata cara pertanian tradisional dari
setiap suku bangsa yang ada di Indonesia termasuk pada suku Moronene khusunya
yang berada di Desa Pomotoro. Hal ini dapat dimaklumi karena tata cara
pertanian tradisional suatu suku bangsa telah diwariskan oleh leluhur melalui
proses sosialisasi dari generasi ke generasi.
Pembangunan
pertanian melalui kegiatan berladang itu sendiri, memiliki nilai-nilai yang
cukup penting sehingga dalam proses pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang
melakukannya dengan cara berdasarkan tradisi, biasanya kita jumpai pada
masyarakat Suku Moronene.
Kegiatan
berladang berpindah-pindah pada suku Moronene disebut dengan kegiatan motasu, yaitu suatu kegiatan masyarakat
yang mengelola hutan untuk keperluan menanam padi ladang dalam rangka memenuhi
kebutuhan masa depan keluarga dari para petani, kegiatan yang dilakukan mulai
dari membuka/membersihkan lahan untuk berladang, menabur benih, mencegah
tanaman dari serangan hama, pemanenan, sampai pada hasill panen disimpan di
lumbung/tempat penyimpanan tradisional.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti masalah yang berkaitan dengan sistem motasu (berladang) yang dilakukan oleh masyarakat suku Moronene,
dan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan dari suku Moronene
yang sudah mulai luput dari perhatian generasi muda sekarang ini.
B. Latar Belakang Sistem Motasu
Kemampuan
manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara aktif dalam menanggapi
berbagai tantangan dalam usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
merupakan modal utama bagi pengembangan kemampuan manusia dalam mengembangkan
peralatan dan tata cara penggunaannya sebagai penyambung keterbatasan
jasmaninya.
Berladang
berpindah-pindah merupakan cara bertani dengan memanfaatkan hutan, yang diolah
untuk digunakan sebagai areal kegiatan berladang agar dapat memberikan hasil
bagi petani. Berladang berpindah-pindah pada suku Moronene disebut dengan motasu, yaitu suatu kegiatan masyarakat
yang mengelola hutan untuk keperluan menanam padi ladang dalam rangka memenuhi
kebutuhan masa depan keluarga dari para petani, kegiatan yang dilakukan mulai
dari membuka/membersihkan lahan untuk berladang, menabur benih, mencegah
tanaman dari serangan hama, pemanenan, sampai pada hasill panen disimpan di
lumbung/tempat penyimpanan tradisional.
Adapun
faktor-faktor penyebab masyarakat Desa Pomontor melakukan kegiatan berladang
berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
1. Faktor Budaya
Budaya sifatnya sudah turun-temurun melalui proses sosialisasi dari
generasi-ke generasi, kegiatan berladang (motasu)
dilakukan berdasarkan tradisi yang masyarakat yakini. Tradisi memperlihatkan
bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan bersifat
duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan.
Tradisi berlaku untuk semua aspek kegiatan termasuk kegiatan
pertanian/berladang, dalam masyarakat suku Moronene yang cenderung hidup
sebagai masyarakat agraris, tentunya akan menjadi tradisi atau
kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya dalam bercocok tanam seperti berladang.
2. Keadaan Tanah
Desa Pomontoro memiliki tanah yang subur, tanahnya bertekstur liat,
berdebu halus sampai kasar dengan pH 4,0 - 8,0 merupakan salah satu kriteria
potensi untuk menanam padi ladang (Sumber:
BPP Kecamatan Mataoleo).
3. Keadaan Wilayah
Wilayah Desa Pomontoro yang berupa perbukitan sehngga
kegiatan/aktifitas penduduknya bersifat agraris selain itu juga masih luasnya
wilayah yang berupa hutan dan padang rumput sebagai tempat untuk menanam padi
ladang. Mayoritas masyarakat Desa Pomontoro melakukan kegiatan berladang (motasu), varietas padi ladang dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sampai ketinggian 1300 meter dari permukaan
laut.
4. Iklim
Faktor iklim juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan padi
ladang. Fase untuk pertumbuhan padi ladang membutuhkan suhu optimum 15O
- 30O C, selain
itu juga pertumbuhan padi ladang dipengaruhi oleh curah hujan yang berkisar
600-1200 mm/tahun, kelembaban tanah, temperatu, cahaya matahari dan angin
(Deptan, 1983).
Bila menjelang masuknya musim kemarau, petani melakukan kegiatan mencari
lahan yang subur untuk dijadikan lahan perladangan, bagi masyarakat yang tidak
membuka lahan pada setiap tahun, maka mereka mempunyai beban psikologis
sehingga masyarakat sekitarnya menganggapnya sebagai orang yang malas.
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pomontoro masih tergolong sangat
rendah, hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
yang ada di Desa Pomontoro, selain itu kurangnya informasi yang didapatkan
masyarakat Desa Pomontoro terhadap pengembangan berbagai jenis tanaman lain
yang dapat meningkatkan taraf hidup bagi petani, hal ini dipengaruhi Desa
Pomontoro dengan Desa atau daerah lain memiliki jarak yang cukup jauh dan akses
jalannya sangat memprihatinkan.
Berdasarkan
faktor-faktor yang dikemukakan di atas maka kegiatan berladang berpindah-pindah
massih tetap dipertahankan oleh masyarakat suku Moronene, selain itu sebagai
salah satu upaya untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan hidup bagi petani dan
keluarganya.
C. Proses Pelaksanaan Motasu pada Suku
Moronene
Dalam melakukan
kegiatan berladang berpindah-pindah sebelum mengolah lahan terlebih dahulu para
petani memilih lokasi atau daerah yang berada di pinggiran sungai yaitu sungai
hambawa, hal ini disebabkan karena lokasi tersebut dekat dengan sumber air
sehingga kebutuhan akan air dapat terpenuhi dengan baik.
Adapun
tahap-tahap kegiatan berladang adalah sebagai berikut:
1. Peninjauan Lokasi
Peninjauan lokasi dalam suku moronene disebut dengan momo wita. Proses untuk meninjau lokasi yang akan dijadikan lahan
berladang biasanya dilakukan secara berkelompok dan bisa juga dilakukan secara
perorangan. Menurut Jupri (informan) tahapan peninjauan lokasi yang dilakukan
oleh petani di Desa Pomontoro dimaksudkan untuk melihat kondisi lahan dari
berbagai aspek yakni:
a.
Apakah lokasi yang dijadikan ladang merupakan
lokasi larangan atau keramat, yang jika dianggap keramat atau larangan maka
tidak akan dilakukan pembukaan lahan. Lokasi yang dikeramatkan biasanya terdiri
dari lokasi perkeburan para leluhur mereka, mata air, atau tempat
peristirahatan hewan.
b.
Apakah lokasi yang dijadikan ladang lokasinya
masih subur. Lokasi yang kurang subur biasanya ditandai oleh tanahnya yang
berwarna kuning dan tanahnya terlalu berpasir.
c.
Apakah lokasi yang dijadikan ladang telah ada
yang memiliki atau mengolahnya terlebih dahulu.
2. Pengolahan Lahan
Setelah dilakukan penebangan maka dilaksanakan upacara mobelai yaitu upacara adat yang
dilakukan pada saat masyarakat mulai menanam padi dengan tujuan agar tanaman
padi ladang terhindar dari berbagai hama penyakit dan gangguan lain yang dapat
merusak tanaman.
Upacara mobelai dilakukan oleh tompuroo (dukun padi), di suatu lahan
perladangan dan disitulah tumporoo
membacakan mantera-mantera atau doa-doa untuk memohon kepada dewi padi (sanggoleo mpae) agar tanaman yang
ditanam oleh petani dapt berhasil dengan baik dan melimpah.
3. Pembuatan Pagar
Setelah lahan yang diolah para petani telah bersih dari berbagai macam
kayu-kayu dan rumput-rumputan, maka pembuatan pagar segera dimulai. Pada suku
Moronene pembuatan pagar disebut dengan mewalla
yang berfungsi melindungi tanaman padi ladang dari serangan hama.
4. Mempersiapkan Benih
Proses mempersiapkan benih pada suku Moronene disebut mompososadia polongo. Benih yang
digunakan adalah varietas lokal yaitu beras merah (pae gima) dan beras ketan hitam (pae dai molori), selain itu benih yang disiapkan oleh para petani
adalah benih yang berisi agar dapat tumbuh dengan baik dan petani mendapat
hasil panen yang maksimal.
5. Menanam
Menanam/menugal padi ladang pada suku moronene disebut dengan motasu. Waktu penanaman padi ladang harus
diperhitungkan secara cermat agar produksi tanaman padi ladang dapat meningkat
terutama dalam hubungannya dengan ketersediaan hujan, karena air hujan memiliki
ciri-ciri khas yang tidak teratur, baik
jumlah maupun distribusiya dalam kurun waktu satu tahun. Oleh karena itu waktu
penanaman padi ladang harus diperhitungkan dengan curah hujan, karena lahan
kering tidak memiliki sumber air tanah yang mudah dikelola.
6. Pengendalian Hama
Pengendalian hama pada suku moronene disebut (mondaka pae), yaitu kegiatan
yang dilakukan para petani untuk menjaga tanamannya dari gangguan hama. Dalam
pengendalian hama, petani biasanya menggunakan cara-cara tradisional antara
lain membuat:
a.
Wokeo:
jerat yang dibuat dari bambu yang runcing dan ditempatkan dimana hama babi (wawi) dapat memasuki ladang.
b.
Lompa-lompa: suatu alat yang akan menimbulkan
bunyi jika ditarik, alat ini dibuat dari bambu yang telah dibelah dan diikatkan
kaleng-kaleng bekas serta diberi tali sebagai alat penarik.
7. Memanen
Dalam bahasa moronene, memanen disebut pongkatua. Kegiatan ini dilakukan pada saat padi ladang telah menguning,
gabah berisi dan keras, proses pemanenan ini dilakukan secara gotong royong (meliuha) dengan menggunakan arit.
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dari penanaman padi ladang.
Apabila tahapan-tahapan sudah dilakukan sampai pada pemanenan, setelah
panen merata maka dilaksanakan pesta panen (mewuwusoi).
Pesta panen merupakan suatu upacara syukuran, dimana seluruh warga (kelompok
tani) telah mendapatkan hasil panen dengan baik. Proses upacara “mewuwusoi” diawali dengan acara
mandi-mandi di laut atau sungai yang hanya dilaksanakan oleh anak dukun padi (klik) dan disertai dengan pembacaan
doa-doa oleh dukun padi. Setelah mandi-mandi mereka kembali ke rumah untuk
melanjutkan acar doa ucapan syukur yang disebut mesuketi.
DAFTAR PUSTAKA
Deptan. 1983. Pedoman Bercocok
Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Jakarta: Satuan Pengendali Bimas
BPP Kecamatan Mataoleo. 2012. Bombana
Agen Togel Terpercaya dan Terbaik saat ini..
BalasHapusDapatkan Angka Mustika Ratu Nyi Roro Kidul Setiap Hari...
Ambil Angka Hokimu Hari Ini
Diskon hingga 65%... Tak Perlu Bayar Mahal!!!
Dapatkan ID nya Sekarang Juga...Gratis pembuatan user ID..
Menang Berapun DIbayar...Sudah Terbukti Kualitasnya...
Masih Berani Coba-coba yang lain??
Customer Service 24 Jam
Hubungi Kami di :
WA: +6287785425244